Sukses

Prabowo Pilih Siapa?

Sinyal kuat datang dari PAN yang menyodorkan Hatta Rajasa sebagai pendamping. Tapi, Prabowo masih merahasiakan nama cawapresnya.

Liputan6.com, Jakarta - Oleh: Taufiqurrohman, Moch Harun Syah, Hanz Jimenez Salim, Edward Panggabean, Silvanus Alvin, Ahmad Romadoni, Fathi Mahmud

Prabowo Subianto berpeci dan berpakaian hitam-hitam berbalut sarung keemasan ala pendekar silat. Bukan dalam rangka kampanye sebagai kandidat presiden, melainkan membuka Kejuaraan Nasional Pencak Silat 2014 di Pendopo Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. Terlebih Komisi Pemilihan Umum atau KPU baru akan membuka resmi pendaftaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) pada 18-20 Mei mendatang.

Di hadapan ratusan pesilat, Prabowo selaku Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) menyampaikan ajaran nilai luhur pendekar, seperti jujur dan tidak korupsi.

"Pendekar itu jujur, tidak akan jadi koruptor, pendekar itu membela rakyat yang lemah. Ingat anggota pencak silat, harus membela mereka yang lemah, tidak berdaya, mereka yang dalam kesusahan," tegas bakal capres dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) di TMII, Jakarta Timur, Minggu (11/5/2014).

Bukan kali ini purnawirawan TNI bintang tiga itu bergaya bak pendekar ataupun ksatria. Saat memimpin kampanye akbar partai besutannya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat pada Minggu 23 Maret silam atau 2 pekan lebih menjelang Pemilu Legislatif 2014, Ketua Umum Dewan Pembina Gerindra itu tampil bak panglima perang.

Ketika itu, selain naik helikopter dan jip bintang 3, Prabowo juga menunggang kuda cokelat yang gagah perkasa. Mantan Danjen Kopassus ini juga tak kalah keren dengan sebilah keris terselip di pinggang kirinya. Puluhan ribu simpatisan yang mengenakan pakaian warna merah-putih khas Gerindra pun mengelu-elukan Prabowo.

Pencitraan Prabowo memang tak kalah dengan calon rivalnya, Joko Widodo alias Jokowi yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk bertarung dalam Pemilihan Presiden 9 Juli mendatang. Hingga saat ini keduanya pun sama-sama belum mendeklarasikan pasangan masing-masing atau bakal cawapres.

`Berkelana` Mencari Pendamping

Sejak 3 bulan terakhir, terutama saat kampanye Pemilu Legislatif 2014, Gerindra memang mencari sosok pendamping yang tepat bagi capres mereka, Prabowo Subianto. Partai berlambang kepala garuda ini bahkan gencar menjalin komunikasi politik dengan banyak elite partai politik.

Bak gayung bersambut, Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali pun menyaksikan langsung saat Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto berorasi di hadapan puluhan ribu pendukungnya. Melihat hal itu, Surya mengaku `jatuh cinta` dengan kandidat presiden yang diusung Partai Gerindra itu.

"PPP menilai Gerindra telah memutuskan calon pemimpin yang tepat, yaitu Prabowo Subianto. Saya semakin `jatuh cinta` pada beliau dengan visinya yang jelas yang tadi diungkapkan ke kita semua," kata Suryadharma saat diberi kesempatan berbicara di depan simpatisan Partai Gerindra, di GBK, Senayan, Jakarta, Minggu 23 Maret lalu.

Namun `chemistry` di antara Suryadharma dan Prabowo tak berlangsung lama. Beberapa hari setelah Pemilu Legislatif 9 April lalu, kisruh dan prahara internal pecah di tubuh partai berlambang Kabah itu. Sebanyak 27 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP se-Indonesia sempat menggelar pertemuan di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat, pada Minggu 13 April silam, membahas perilaku politik sang ketua umum.

Sempat terjadi saling pecat di antara kedua kubu. Kelompok pertama adalah yang menyokong Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali dengan dukungan Wasekjen PPP Syaifullah Tamliha. Sedangkan kubu kedua dimotori Wakil Ketua Umum PPP Emron Pankapi, Wakil Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, dan Sekjen PPP M. Rommahurmuziy.

Tarik-menarik dua kepentingan itu memang sempat ditengahi oleh fatwa islah dari Ketua Majelis Syariah DPP PPP K.H. Maimun Zubair. Hanya saja menurut Suryadharma, setidaknya ada 3 wacana mengenai arah koalisi yang saat ini masih berkembang di tubuh PPP. Ada yang menginginkan untuk berkoalisi dengan PDIP yang mengusung Jokowi. Ada pula yang melirik bakal capres Partai Gerindra Prabowo Subianto. Namun ada juga yang condong ke bakal capres Partai Golkar Aburizal Bakrie atau Ical.

"Begini, di internal PPP banyak kemauan ya. Tapi hingga kini kemauan itu bukan atau belum menjadi sebagai sebuah keputusan," ujar SDA usai mengikuti sidang paripurna di Kementerian Sekretaris Negara, Jakarta, Selasa 29 April lalu.

Bahkan hingga Minggu malam ini atau 11 Mei 2014, internal PPP masih menggelar rapat pimpinan nasional atau rapimnas di salah satu hotel kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Sejauh ini pembahasan koalisi masih berkutat pada 2 nama, bakal capres PDIP Jokowi dan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra. Rapimnas PPP kembali dilanjutkan setelah sempat diskors selama 27 jam.

"Memang dalam proses ambil keputusan ada dua, musyawarah mufakat. Kalau tidak tercapai keputusan, diambil suara terbanyak. Kalau rapimnas sudah diputuskan, tidak boleh ada pihak mana pun atas nama PPP, cari peluang-peluang baru," ucap SDA.

Kendati demikian, apa pun hasil keputusannya, kursi cawapres kemungkinan akan sulit diraih PPP dari Gerindra. Apalagi, Gerindra dan Prabowo sudah `berkelana` lagi mencari cawapres.

Pengamat politik asal Universitas Gadjah Mada Arie Sujito meragukan PPP tetap akan berkoalisi dengan Gerindra. "Menurut saya kalau PPP akan kembali ke Gerindra, maka PPP akan kehilangan muka," kata Arie.

Karena itu, Arie melihat langkah PPP bergabung ke Gerindra akan kecil. Hal ini dimungkinkan sebab sebagian kader ataupun pengurus PPP tidak akan merelakan rencana itu. Namun, jika rencana PPP berkoalisi dengan Gerindra, Arie mempertanyakan prahara yang terjadi pada beberapa waktu lalu.

Namun takdir berkata lain, dalam Rapimnas PPP yang selesai Senin dini hari, (12/5/2014), PPP sepakat menyatakan akan berkoalisi dengan Partai Gerindra dan mendukung penuh pencapresan Prabowo.

"Melalui proses sangat panjang akhirnya PPP menetapkan secara bulat bahwa Rapimnas PPP ke 2, secara aklamasi mendukung H Prabowo Subianto sebagai calon presiden," kata Ketum PPP SDA.

Utak-atik Cawapres Berlanjut

Beberapa nama pun digadang-gadang mendampingi Prabowo, seperti Aburizal Bakrie, Hatta Rajasa, Mahfud MD hingga Abraham Samad. Sinyal kuat siapa pendamping Prabowo, diutarakan Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Hashim Djojohadikusumo.

Walau demikian, Hashim yang merupakan adik kandung dari Prabowo, juga sempat memuji Ketua KPK Abraham Samad. Selain itu, Hashim membantah bahwa Prabowo akan berpasangan dengan Aburizal Bakrie alias Ical, meskipun pertemuan antara keduanya di Hambalang, Bogor, Jawa Barat pada Senin 5 Mei silam sempat menguatkan spekulasi bahwa mereka akan berpasangan.

Menurut Hashim, Prabowo dan Aburizal Bakrie, tidak dapat berpasangan karena memliki pertimbangan masing-masing. Sementara sejauh ini Partai Gerindra baru memastikan akan berkoalisi dengan Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera, setelah sebelumnya batal berkoalisi dengan PPP.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan, koalisi antara Gerindra dan PAN akan dideklarasikan secara resmi pada Rabu 14 Mei mendatang. Deklarasikan bertepatan dengan Rakernas PAN.

"Selasa depan Hatta akan dapat mandat untuk koalisi dengan Gerindra dan akan ada pernyataan dukung Prabowo di situ," ujar Hashim di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (10/5/2014).

Hashim menerangkan selain PAN, Partai Keadilan Sejahtera juga dipastikan akan berkoalisi dengan Gerindra. Tinggal menunggu waktu untuk deklarasi.

Namun untuk posisi calon wakil presiden, dipastikan akan menjadi milik Hatta. Menurut adik Prabowo ini, PKS tak mempersoalkan bila tak mendapat kursi RI 2. "PKS nggak usung cawapres, memang teman koalisi saja," imbuhnya.

Dengan Partai Golkar, lanjut Hashim, partainya akan terus membahas koalisi. Tapi jika jadi berkoalisi, Aburizal Bakrie atau Ical dipastikan tak akan mendapat kursi cawapres karena Prabowo merasa lebih cocok dan sepaham dengan Hatta.

"Pertemuan dengan Pak Hatta lebih lama dan juga keduanya cocok dalam pandangan visi-misi," terang Hashim.

Kepastian koalisi antara Gerindra dan PAN terungkap sejak Jumat kemarin, 9 Mei 2014. Ketua Umum Gerindra Suhardi mengatakan, kedua partai sudah membentuk tim untuk memuluskan duet Prabowo-Hatta menuju Pilpres 2014. "Memang (sudah dekat). Kedekatan dengan PAN sudah lama," ungkap Suhardi.

Golkar Legowo

Tinggal selangkah lagi Ketua Umum PAN Hatta Rajasa bakal resmi menjadi cawapres pendamping Prabowo. Padahal, Aburizal Bakrie dari Golkar telah menyatakan diri siap untuk menjadi cawapres Prabowo.

Menanggapi hal itu, Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham mengaku tidak terlalu mempermasalahkan kabar itu. Menurut Idrus, setiap partai punya kebijakan masing-masing.

"Bilamana ada parpol melakukan itu, saya kira itu adalah hak masing-masing tidak ada masalah dengan Partai Golkar," kata Idrus di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Sabtu 10 Mei lalu.

Menurut Idrus, sampai saat ini belum ada satu pun partai yang menjalin kesepakatan dengan Partai Golkar. Pertemuan-pertemuan sebelumnya hanya bentuk silaturahmi politik biasa.

Sinyal Kuat dari PAN

Gerindra memang tak sepenuhnya meninggalkan Golkar. Hanya saja `sinyal` dari PAN begitu kuat. Ini terbukti dengan adanya undangan Prabowo untuk menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PAN pada Rabu 14 Mei 2014 mendatang.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu PAN Viva Yoga Mauladi mengatakan salah satu agenda rakernas itu adalah akan menetapkan Ketiua Umum DPP PAN Hatta Rajasa sebagai cawapres di Pilpres 2014.

"Kita juga akan undang Pak Prabowo dalam rakernas nanti. PAN akan mengajukan Pak Hatta sebagai cawapres berpasangan dengan Pak Prabowo," kata Yoga di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu 11 Mei.

Namun demikian, Yoga mengatakan keputusan sepenuhnya untuk menjadi pendamping Prabowo menuju kursi RI-1 dipasrahkan kepada Prabowo. PAN juga mengajak sejumlah partai politik yang belum menentukan arah koalisi untuk bergabung ke koalisi Indonesia Raya.

"Soal tagline apakah `Prabowo Berjasa` atau apa, itu bisa diatur kemudian, yang penting sudah ada komitmen, tinggal diresmikan," tandas Yoga.

Sehari sebelumnya Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mengungkapkan Prabowo akan menghadiri Rakernas PAN Rabu 14 Mei. "Komunikasi politik Gerindra dengan PAN sudah sangat maju dan kita sekarang dalam posisi akan menghadiri Rakernas PAN pada Rabu yang akan datang," terang Fadli Zon

"Insya Allah nanti Pak Prabowo juga akan hadir di sana," imbuh dia.

Prabowo menegaskan dirinya masih melihat perkembangan untuk memilih cawapres yang tepat, sekaligus deklarasi. Kendati, nama Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa hampir dipastikan bakal menjadi cawapresnya.

"Kita ikuti perkembangan ya. Saya kira satu minggu inilah," tegas Ketua Umum Dewan Pembina Gerindra tersebut.

"Jadi harus pelan-pelanlah (tentukan cawapres) dan banyak faktor yang harus diselesaikan," ungkap Prabowo di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta, Minggu 11 Mei.

Ia mengakui belum bisa memutuskan secara cepat bahwa PAN dan PKS sudah pasti akan berkoalisi dengan Gerindra. Sebab, masih diperlukan komunikasi politik yang intens. Terutama setelah pengumuman resmi hasil Pemilu Legislatif 2014.

"Kita komunikasi politik terus, kita berusaha membangun. Ya inilah risiko sistem yang mungkin terlalu liberal sehingga keputusan itu seolah-olah tidak bisa cepat," ujar dia.

Namun, siapa yang menjadi cawapresnya? Prabowo masih merahasiakan.

Bak bidak catur, politik memang susah ditebak arahnya, apa pun bisa saja terjadi dan berubah seketika. Yang terang, kepentingan adalah panglimanya. Pun demikian bursa capres-cawapres menjelang pertarungan Pilpres 9 Juli mendatang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.