Sukses

Ical Banting Harga?

Apakah Golkar yang suaranya 14 persen akan mengalah ke Gerindra yang suaranya 11 persen?

Liputan6.com, Jakarta - Oleh: Bima Firmansyah, Taufiqurrohman, Rizki Gunawan

Dari hasil Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014, ada 3 nama yang berpotensi maju sebagai calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres 2014). Yakni Joko Widodo (Jokowi) dari PDIP, Prabowo Subianto dari Gerindra, dan Aburizal Bakrie (Ical) dari Golkar.

Dari ketiga nama tersebut, elektabilitas Jokowi dan Prabowo dinyatakan lebih tinggi daripada Ical dalam sejumlah survei. Menurut hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis baru-baru ini, nama Ical bahkan tak masuk survei karena elektabilitasnya rendah.

Meski demikian, Ical menyatakan optimis akan maju sebagai capres Golkar. Dia bahkan menolak ajakan koalisi dari Jokowi yang mendatanginya langsung. Sebab capres adalah harga mati bagi Ical.

"Kami bersepakat, bahwa PDIP dan Golkar tetap mencalonkan capres sendiri-sendiri, tapi siapapun yang menang kami akan mendukung presiden terpilih dalam kerja sama, dalam parlemen untuk indonesia yang lebih baik," kata Ical di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, 12 April 2014.

Pemilik Bakrie Group itu, beberapa hari kemudian, menawarkan Jokowi untuk menjadi cawapresnya jika memang ingin berkoalisi dengan Golkar. Dia pun optimis tetap menang bersaing dengan Jokowi di Pilpres.

"Jokowi jadi wakil saya boleh. Tidak ada bedanya pencapresan Jokowi, tetap Golkar yang menang," ujar Ical di GOR Ciracas, Jakarta Timur.

Harga mati Ical capres juga diutarakan oleh Wakil Bendahara Umum Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet). Ical (Aburizal-red) capres harga mati, dan Partai Golkar tidak akan mengubah keputusan tersebut, dan itu harga mati, kecuali pak Ical meminta mengundurkan diri," tegas Bamsoet di Cikini, Jakarta Pusat, 22 April 2014.

Berubah Pikiran?

Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tandjung kemudian angkat bicara soal pencapresan partainya. Mantan Ketua DPR itu menyarankan agar pencapresan Ical tak dipaksakan, lantaran suara Golkar di Pileg tak mencapai 20 persen.

"Sejauh masih memenuhi peraturan perundang-undangan. Saya rasa tidak masalah. Tapi seandainya tidak memenuhi peraturan dan kursi di DPR, tentu perlu dibicarakan kembali langkah-langkah berikutnya," kata Akbar dalam diskusi di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, 12 April 2014.

Akbar menambahkan, jika memang kursi di parlemen nanti tidak terpenuhi sesuai target partai, maka keputusan partai akan mempertimbangkan Ical sebagai calon wakil presiden (cawapres).

"Apakah kita harus memaksakan terus jadi capres? Opsi kedua yaitu opsinya cawapres. Belum tentu partai lain yang koalisi setuju kalau Ical tetap capres. Kalau tidak ada yang setuju, berarti harus ada opsi baru," tambah Akbar.

Perolehan suara Partai Golkar berdasarkan hitung cepat lembaga survei CSIS dan Cyrus Network pada Pileg 2014 sementara ini sekitar 14,32 persen. Sementara hasil Pileg 2009 lalu meraih 14,45%.

Isu kemungkinan Ical menjadi cawapres juga dilontarkan anggota Dewan Pembina Partai Golkar Zainal Bintang. Menurut dia, jika Ical tetap capres, maka suaranya rendah.

"Bisa juga kita banting harga mau jadi wakil presiden. Dan apabila Ical legowo, suara Rapimnas juga akan menggodok cawapres," kata Zainal di Cikini, 4 Mei 2014.

"Ada hal yang unik. Berdasarkan Pileg, nomor 2 adalah Partai Golkar. Tapi itu berkaitan dengan Pileg. Sedangkan Pilpres bergeser pada figur. Nah, kalau figur Golkar dengan capresnya Ical itu nomor buncit."

Banting Harga?

Golkar ditengarai berubah pikiran. Dari awalnya solid mencapreskan, kini menjadi legowo untuk merelakan Ical cukup menjadi cawapres. Apakah Golkar yang suaranya 14 persen akan mengalah ke Gerindra yang suaranya 11 persen? Apakah Golkar akan banting harga ke Gerindra? Hal itu bisa saja terjadi.

Apalagi saat ini Ical menyatakan dirinya tidak masalah jika menjadi cawapres. Hal itu dia ungkapkan saat pertemuan dengan Prabowo Subianto.

"Intinya, mau di nomor 1 atau 2 buat kita tidak jadi masalah. Saya sudah sering katakan, jabatan presiden atau wakil presiden itu hanyalah instrumen untuk kesejahteraan rakyat," ucap Ical di kediaman Prabowo di Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 5 Mei 2014.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) itu menegaskan tidak masalah dirinya jadi yang kedua. Karena ia dan Prabowo sama-sama berpikir mana yang lebih baik untuk negara. "Kalau bisa 2 presiden enak tuh," imbuhnya diselingi tawa.

Sinyal koalisi Golkar-Gerindra terpancar saat pertemuan tersebut usai Ical menyatakan dirinya cocok dengan Prabowo. "Pak Prabowo punya program, saya punya program, setelah berbincang tadi nampaknya program kita berdua ada yang cocok."

Ical mengatakan, sendainya ia bersama Prabowo menduduki kursi pemerintahan, maka akan bersama-sama memikirkan apa yang akan diperbuat untuk rakyat. Dirinya juga berjanji akan melakukan komunikasi kembali dengan Prabowo terkait koalisi antara Golkar dan Gerindra.

"Nanti kita akan melakukan komunikasi kembali. Pokonya paling lambat sebelum tanggal 18 Mei," tegasnya.

Sementara itu, Prabowo menuturkan, melalui pembicaraan yang telah dilakukan, ia optimistis bisa mendapatkan bentuk yang terbaik dan janji akan bisa melanjutkan pertemuan yang lebih intensif.

"Kita telah melanjutkan diskusi dan pembicaraan kita ke arah kerjasama di bidang politik demi kebaikan seluruh bangsa Indonesia," pungkas Prabowo.

Pakar komunikasi politik Universitas Mercu Buana Heri Budianto menilai, kesediaan Ical jadi cawapres Prabowo merupakan hal yang realistis. Hal itu menunjukkan Golkar sudah mempertimbangkan banyak faktor yang terus berkembang.

"Saya kira ARB mendengarkan masukan-masukan dari luar terkait dengan dirinya. Ini tentu berat bagi Ical, namun desakan, baik dari internal dan kondisi politik yang ada pada akhirnya pilihan menjadi cawapres merupakan jalan berikut yang dipilih oleh Golkar," ujar Heri kepada Liputan6.com lewat sambungan telepon di Jakarta, 5 Mei 2014.

Dia menyarankan, apabila Golkar mau menurunkan grade atau level dari mengusung capres menjadi cawapres, sebaiknya diputuskan saat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) pada awal Mei ini.

"Segera saja gelar rapimnas, agar jelas posisi Golkar. Sudah banyak pengeluaran, eh Golkar kalah digoyang," ujar Heri.

Benarkah Ical akan banting harga? Kita lihat saja hasil Rapimnas Golkar nanti. (Tnt)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.