Sukses

Jurus Andalan Debat Pamungkas

Kedua pasangan capres tidak memiliki perbedaan signifikan dalam bidang ketahanan pangan. Bahkan, sama-sama mencuri hati swing voters.

Oleh: Tim Liputan6.com Liputan6.com, Jakarta - Masa kampanye bagi pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2014 tinggal hitungan jam. Artinya, kesempatan bagi pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) hampir berakhir.

Maka itu, Debat Capres dan Cawapres menjadi kesempatan terakhir bagi kedua pasangan capres untuk berkampanye, sekaligus mengeluarkan jurus pamungkasnya untuk menggaet para calon pemilih.

Lumrah saja bagi kedua pasangan memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan debat jilid V itu, sebagai debat terakhir yang diberikan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Bak laga bola akbar, kedua kubu pun telah menyiapkan strategi masing-masing untuk tampil cemerlang.

Debat yang akan digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan itu rencananya akan digelar Sabtu 5 Juli 2014 malam sekitar pukul 20.30 WIB. Debat kali ini akan mengangkat tema 'Pangan, Energi, dan Lingkungan', dengan moderator Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Sudharto P Hadi.

Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia (FRI) itu dipilihnya karena ahli di bidang lingkungan. Gelar S2-nya rampung di Faculty of Environmental Studies, York University, Toronto, Kanada pada 1989.

Tak berhenti di situ, Sudharto kemudian meraih gelar PhD dari School of Community and Regional Planning University of British Columbia (UBC), Vancouver, Kanada pada 1993.

Tak hanya moderator, KPU juga telah menunjuk 6 ahli untuk perumusan dan penyusunan pertanyaan debat di antaranya dari ITP, IPB, UGM, Universitas Andalas, Universitas Katolik Santo Thomas Sumut, dan Universitas Nusa Cendana NTT.

Adu yel-yel antar-pendukung pasangan dari debat merupakan pemandangan yang biasa setiap kali Debat Capres digelar. Nyaringnya suara yel-yel itu kerap mengganggu jalannya debat. Maka itu KPU mengimbau kedua kubu tidak lagi adu keramaian di arena debat.

KPU selaku penyelenggara Pilpres mengharapkan, penyampaian visi-misi kedua capres pada saat debat berlangsung, tidak bertele-tele. Kedua pasangan diminta memahami tujuan acara ini, yakni sebagai ajang sosialisasi visi-misi dan program.

Apalagi belajar dari debat sebelumnya. khususnya pada debat jilid IV salah satu kubu ada yang terlihat mengejek saat salah satu kubu lawan memaparkan atau memberi tanggapan. Hal ini dianggap memperkeruh tujuan acara tersebut bahkan berbuntut panjang.

Pengaruhi Pemilih Rasional

Tak ada kesempatan lebih baik lagi selain di ajang Debat Capres terakhir ini, bagi kedua pasangan untuk meyakinkan 250 juta penduduk Indonesia. Bagi pasangan Prabowo-Hatta, Debat Capres terakhir ini diharapkan dapat meyakinkan pemilih rasional dan undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pilihan, serta memantapkan pemilih yang sudah memutuskan.

Strategi pun telah disiapkan untuk menghadapi depat kali ini. Kubu Prabowo-Hatta memilih untuk menyoroti kebijakan impor pangan berlebihan sebagai bahasan pokok. Bila terpilih, Prabowo-Hatta akan mengubah kebijakan impor pangan yang merugikan petani.

"Impor pangan sudah Rp 170 triliun, kalau kita impor makanan sebesar itu, sama saja kita beri kesejahteraan pada petani negara lain. Impor pangan akan kita tinjau dan buat agar pangan bisa diproduksi petani di negara kita," tutur Anggota Timses Prabowo-Hatta, Martin Hutabarat di Gedung DPR, Jakarta, Jumat 4 Juli 2014.

Kebijakan impor pangan yang diusahakan pasangan Prabowo-Hatta adalah menyinergikan peran bank, asuransi, dan perusahaan pupuk. Kelak pemerintahan Prabowo-Hatta akan mengajak bank mengucurkan pembiayaan petani dan nelayan. Sebab, selama ini masalah pembiayaan dianggapnya menjadi problem utama bagi para petani dan nelayan.

Mereka akan membuat asuransi menjamin produktivitas petani agar tidak terganggu akibat bencana. Misalnya ketika mereka mengalami bencana banjir, ada asuransi yang menjamin pengembalian pinjamannya. Petani juga akan didorong memiliki saham di perusahaan pupuk yang akan didirikan khusus.

Setelah sinergi tersebut sukses, petani dapat dengan tenang menanam dan diharapkan hidup sejahtera. Selanjutnya, untuk ranah energi dan lingkungan, Prabowo-Hatta akan menggalakkan produksi bio etanol atau bahan bakar dari tumbuh-tumbuhan.

Energi akan didorong dengan energi terbarukan dan produktivitas petani. Misalnya etanol, bisa dibuat dari tebu, aren, gandum. Prabowo-Hatta akan mendorong supaya para petani menanam sebanyak-banyaknya.

Menggoda Swing Voters

Setali tiga uang, bagi kubu pasangan Jokowi-JK Debat Capres terakhir ini berharap sama. Yakni ingin menggoda dan mencuri hati calon pemilih, khususnya bagi swing voters atau pemilih mengambang. Mereka pun siap adu argumen terkait pangan, energi, dan lingkungan dengan kubu Prabowo-Hatta.

Kubu pasangan capres nomor urut 2 ini memastikan akan berusaha tampil maksimal melawan Prabowo-Hatta. Pemilih yang disasar adalah mereka yang memiliki kedekatan dengan tema debat, yakni para petani. Ia meyakini debat pamungkas besok dapat menarik hati petani agar menentukan pilihan dan menggunakan hak pilihnya.

"Ternyata berdasarkan analisa saya penonton debat itu merespons sesuai dengan topik debat yang dianggap. Apakah sesuai dengan bidang yang digeluti dalam kehidupan sehari-harinya atau tidak. Kalau iya, pasti mereka akan sangat kritis terhadap isu-isu yang diangkat melalui debat," ujar Anggota timses Jokowi-JK, Poempida Hidayatulloh.

Sama seperti kubu Prabowo-Hatta, kubu Jokowi-JK juga akan memanfaatkan peluang emas itu untuk memantapkan bagi pemilih yang sudah memutuskan pilihannya kepada pasangannya.

Namun soal strategi, kubu Jokowi-JK berbeda. Namun mereka enggan memamerkan strategi tersebut. Yang pasti, pasangan capres yang didukung PDIP, Partai Nasdem, PKB, Partai Hanura dan PKPI itu akan tampil memukau.

Sebagai alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Jokowi dianggap mampu memberikan gagasan serta ide yang baik terkait pangan, energi, dan lingkungan untuk kemajuan Indonesia mendatang. Selain itu, Jokowi-JK akan memakai kesempatan debat pamungkas ini untuk menarik lebih banyak pemilih.

Namun jika menilik pemaparan visi-misi di bidang pertanian dan pangan, kubu Jokowi-JK tak jauh berbeda dengan kubu rivalnya. Jokowi-JK akan memberhentikan impor beras, ikan dan buah-buahan. Semaksimal mungkin meningkatkan komoditas dalam negeri.

"Stop impor beras, ikan, juga buah. Ketahanan pangan adalah kunci kebesaran bangsa," ujar Jokowi di Gedung Serbaguna Assakinah, Cianjur, seperti termuat dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu 2 Juli malam.

Jokowi juga menilai permasalahan terkait pangan selama ini menjadi rumit karena banyaknya kepentingan tertentu, seperti adanya mafia. Maka itu dirinya berjanji akan menyelesaikan hal-hal yang membuat masalah pangan menjadi rumit itu. Mafia-mafia siap ditindak tegas untuk kepentingan masyarakat luas jika Jokowi kelak terpilih pada Pilpres 2014.

Bagi mantan Walikota Solo ini ketahanan pangan adalah kunci kebesaran bangsa. Maka itu, petani harus dimuliakan sehingga bisa terus berproduksi. "Jangan sampai petani malas berproduksi karena soal-soal seperti pupuk dan pestisida langka," ungkap Jokowi dalam orasinya di Gedung Serbaguna Assakinah, Cianjur, Rabu 2 Juli 2014.

Gubernur DKI Jakarta non-aktif ini juga menilai untuk mengatasi permasalahan tersebut yang dibutuhkan adalah keberanian dan kemauan dari pemerintah. Tidak harus dengan orang pandai untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut, yang penting ada kemauan dan keberanian.

Ada Kesamaan

Jika dilihat secara lebih komprehensif, visi-misi di bidang ketahanan pangan kedua pasangan ini hampir memiliki kesamaan. Pasangan Prabowo-Hatta akan membuka lahan 2 juta hektare (ha) untuk meningkatkan produksi pangan. Sementara Jokowi-JK berencana membuka 1 juta hektare (ha) lahan sawah baru di luar Jawa, untuk mendukung ketahanan pangan.

Anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Khudori menilai, visi misi kedua pasangan capres cawapres di sektor pangan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. "Dua-duanya hampir mirip," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Kamis 3 Juli lalu.

Kendati, menurut Khudori kepada siapa lahan tersebut ditujukan, sampai saat ini belum jelas. Maka itu para capres mestinya mengklarifikasi untuk siapa lahan tersebut. Apakah kepada petani, pengusaha, atau siapa? Ini harus diklarifikasi.

Jika lahan tersebut harus diolah para pengusaha, dikhawatirkan bukan langkah yang tepat. Sebab, untuk mendongkrak ketahanan pangan mestilah dari petaninya langsung. Jika tidak, peluang ketahanan pangan, pengangguran dan kemiskinan tak bisa selesai.

Kendati, Khudori mengatakan, visi-misi tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil bagi siapa pun yang terpilih. Asalkan, didukung politik anggaran yang baik, juga didukung komitmen pemerintah ke depan.

Sementara Ketua Dewan Hortikultura Indonesia Benny Kusbini mengusulkan dua hal yang bisa membuat Indonesia bebas dari ketergantungan impor pada produk pangan beras. Dua hal ini bisa menjadi pertimbangan para capres untuk dilakukan jika terpilih nanti.

Benny menuturkan, dua cara tersebut pertama pemerintah harus membeli semua produksi beras petani dan menjadikannya sebagai stok untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Pemerintah yang akan datang harus membuat semua hasil padi dibeli pemerintah karena sekarang belum," jelas Benny, Jumat 4 Juli 2014.

Dengan stok dipegang pemerintah dinilai akan memudahkan memantau kondisi produksi dan hasil panen. Hal kedua, pemerintah menyiapkan alat pengeringan gabah, sehingga produksi beras petani akan lebih tahan lama jika disimpan sebagai stok.

Dua hal ini yang menurut Benny masih luput dari perhatian sehingga kerap kali stok beras menipis, Indonesia memasoknya dari negara lain. "Sebetulnya RI tidak perlu impor beras kalau ada mesin pasca panen ada mesin dryer bagus," tegas Benny.

Pengamat memprediksi pemilih mengambang menjadi kunci memenangkan Pilpres 2014, meskipun pemilih mengambang hanya 15,8%. Namun jika melihat ada kesamaan visi-misi kedua pasangan tersebut dalam bidang ketahanan pangan, tentu ini cukup dilematis bagi pemilih mengambang menentukan pilihannya.

Padahal, kedua pasangan ini juga sama-sama berharap meraih simpati para pemilih mengambang. Atau kedua pasangan ini memiliki jurus-jurus pamungkas di laga podium nanti? Kita lihat saja nanti. Semoga debat terakhir ini dapat menjadi referensi bagi masyarakat untuk menentukan pilihan menjelang Pilpres 9 Juli mendatang. (Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.