Sukses

Menang Survei Jaminan Menang Pilpres?

Sejumlah lembaga survei merilis hasil surveinya pada hari ini. Semuanya menyatakan, elektabilitas Prabowo-Hatta naik.

Liputan6.com, Jakarta - Oleh: Taufiqqurohman, Luqman Rimadi, Silvanus Alvin, Andi Muttya Keteng, Mevi Linawati

Sejumlah lembaga survei merilis hasil surveinya pada hari ini. Semuanya menyatakan, elektabilitas pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pilpres 9 Juli menyalip pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Dari hasil lembaga survei sebelum-sebelumnya, elektabilitas pasangan Jokowi-JK selalu melesat meninggalkan saingannya dalam Pilpres 2014. Namun menjelang Pilpres posisi mulai berubah.

Political Communication Institute (PolcoMM) merilis survei mengenai elektabilitas pasangan capres dan cawapres nomor urut 1 Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mengungguli elektabilitas pasangan capres cawapres nomor urut 2 Joko Widodo-Jusuf Kalla.

"Pasangan Prabowo-Hatta memperoleh elektabilitas sebesar 46,8 persen dan Jokowi-JK sebesar 45,3 persen," kata Direktur PolcoMM Institute Heri Budianto, saat memaparkan hasil surveinya, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2014).

Tren kenaikan elektabilitas Prabowo berdasarkan penampilan dalam debat putaran ke tiga yang membahas soal politik internasional dan ketahanan nasional. Di sisi lain yang membuat elektabilitas mantan Walikota Solo itu turun, menurut Heri adalah terkait informasi yang didapat melalui media massa tentang pemberitaan negatif tentang Jokowi dan PDIP.

Survei dilakukan dengan menggunakan metode multistage random sampling dengan melibatkan 1.200 responden yang tersebar di 33 provinsi. Penelitian dilakukan dengan wawancara tatap muka pada tanggal 23 Juni hingga 27 Juni 2014, dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% dan margin errors sebesar 3%.

Ini berbeda dengan survei yang mereka rilis sepekan sebelumnya. Survei yang dilakukan dari 16 hingga 20 Juni 2014 di 33 provinsi, pasangan Jokowi-JK memiliki tingkat elektabilitas 46,4% dan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa sebesar 43,3%. Jokowi-JK.

Survei berikutnya dirilis oleh Pusat Data Bersatu (PDB). Dalam survei ini, elektabilitas Prabowo-Hatta menyalip Jokowi-JK."Elektabilitas Prabowo-Hatta 40,8% sekarang unggul dibandingkan Jokowi-JK 32,2%," kata peneliti senior PDB Agus Herta di Jakarta, Kamis (3/7/2014).

Agus mengatakan, masih ada ruang bagi Jokowi-JK menyalip elektabilitas Prabowo-Hatta. PDB menyarankan, agar pasangan capres-cawapres nomor 2 itu memanfaatkan swing voters atau pemilih mengambang.

"Kalau merunut pada tren, tidak aneh Prabowo-Hatta bisa leading. Prabowo berhasil salip Jokowi pada 6-11 Juni. Sampai 2 hari lalu, selisih antara Prabowo dan Jokowi makin lebar. Tidak ujuk-ujuk langsung menang, tapi ada tren positif dan terjadi stagnasi pada Jokowi," paparnya.

Survei berikutnya dirilis Indonesia Development Monitoring (IDM). Direktur Eksekutif IDM Danit Sasmarwan menyatakan, berdasarkan hasil survei yang digelar dalam rentang waktu 22 hingga 30 Juni 2014, elektabilitas Prabowo-Hatta jauh lebih unggul sebesar 48,4 persen dibanding Jokowi-JK dengan tingkat elektabilitas mencapai 34,7 persen.

Menurut Danit, tingginya elektabilitas Prabowo-Hatta disebabkan oleh adanya harapan masyarakat yang terakhir ini terus meningkat kepada Prabowo-Hatta yang dianggap mempunyai gaya kepemimpinan yang tegas, seperti penegakan hukum, peningkatan keamanan, pemberantasan korupsi, dan memajukan ekonomi kerakyatan.

Sementara itu, untuk pasangan Jokowi-JK, dinilai kurang memiliki gaya kepemimpinan yang tegas. Hal itu dilihat dari kinerja Joko Widodo selama hampir 2 tahun menjabat gubernur DKI Jakarta dianggap tidak mampu mengatasi berbagai permasalahan seperti macet, banjir, dan penataan kota yang masih semrawut.

Kemenangan di Depan Mata?

Anggota Tim Pemenangan Nasional pasangan capres cawapres Joko Widodo- Jusuf Kalla, Eva Kusuma Sundari mengatakan, naiknya elektabilitas dari pasangan capres nomor urut 1 tersebut, tidak lepas dari berbagai isu yang memang terus mendera para kader-kader PDIP, salah satunya yakni dituding sebagai kader PKI.

"Saya dituduh PKI, suami saya dituduh beragama lain. Dan semua itu digoreng habis oleh TV One. Itu sepertinya berdampak pada hasil-hasil lembaga survei baru-baru ini," ujar Eva saat menghadiri rilis survei PolcoMM Institute, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (3/7/2014).

Dia menegaskan, apapun hasil survei lembaga survei, hasil akhirnya bisa dilihat pada Pilpres 9 Juli 2014.

"Apapun itu prosesnya, kita hanya bisa melihat nanti hasilnya pada tanggal 9 Juli nanti. Jokowi saat pilkada gubernur juga banyak yang nilainya kalah, tapi hasilnya malah Jokowi yang menang," tandas Eva.

Sementara itu, Sekretaris Kampanye Nasional pasangan capres dan cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla, Akbar Faisal, mempertanyakan keabsahan hasil survei yang dirilis oleh PolcoMM institute. Menurutnya, jumlah responden dengan total 1.200 di 33 provinsi dalam survei elektabilitas Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK merupakan penelitian yang tidak jelas.

"Mungkin dia mengambil sampelnya di Kantor Polonia sana," cibir Akbar. Rumah Polonia merupakan posko pemenangan pasangan Prabowo-Hatta.

Penasihat tim pemenangan pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Priyo Budi Santoso mengatakan, keberadaan relawan ternyata menjadi instrumen kuat, yang menambah tingginya elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta saat ini. Para instrumen relawan seperti ormas itu 'keluyuran' ke berbagai daerah.

"Kita ke Solo, Karang Anyar, Pesisir, Ponorogo, dan semuanya ternyata trennya naik. Sepertinya tanda-tanda kemenangan telah berada di depan pintu," ujar Priyo saat mengomentari pemaparan hasil survei Polcomm Institute, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (3/6/2014).

"Pasangan Prabowo-Hatta terus naik, naik gunung. Sedangkan pasangan lain sebaliknya makin terus-terus turun gunung," tegas Priyo.

Prabowo Tegas dan Jokowi Kerja Keras

Survei berbeda dirilis oleh Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Unpad, Ikatan Psikologi Sosial dan Ikatan Psikologi Klinis. Survei menyebutkan, jika terpilih menjadi Presiden RI nanti, capres Prabowo Subianto jauh lebih tegas dibandingkan capres Joko Widodo. Hal itu berdasarkan hasil survei aspek kepribadian kedua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.

"Dalam segi kepemimpinan Prabowo lebih tegas dari Jokowi," kata Psikolog Universitas Indonesia Hamdi Muluk, dalam acara rilis pemaparan hasil riset menakar kepribadian capres cawapres di D' Consulate, Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2014).

Namun demikian, Jokowi dinilai lebih unggul dibandingkan Prabowo dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan. Hal itu dilihat berdasarkan rekam jejak Jokowi sejak menjabat sebagai Walikota Solo sebelum duduk di kursi Gubernur DKI Jakarta.

Psikolog UI Hamdi Muluk mengatakan, Prabowo memiliki motivasi berkuasa paling tinggi dibanding Jokowi, maupun cawapres Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla.

"Joko Widodo paling unggul motivasi berafiliasi. Artinya, suka silaturahim, menjaga hubungan, berkumpul bersama orang. Itu motif afiliasi. Tapi tidak ada yang di bawah rata-rata," kata Hamdi.

Jokowi mengaku tidak mempercayai hasil survei lembaga-lembaga survei yang menyebutkan elektabilitas Prabowo-Hatta terus mengejarnya. Sebab banyak hasil survei yang justru berbeda jauh. Karena itu, dia lebih memilih melihat dan memastikan sendiri di lapangan.

"Saya suruh percaya yang mana? Saya percaya yang di lapangan. Dulu agak jauh tapi sekarang di atas dikit. Yang jelas yakin naik. Kita harus yakin, soalnya kita bekerja sampai jam 05.00," ucapnya.

Namun demikian, Jokowi mengaku, hasil survei belakangan ini yang menunjukkan penurunan elektabilitasnya akan dijadikan sebagai bahan evaluasi perbaikan, khususnya di daerah-daerah yang tingkat elektabilitas pasangan Jokowi-JK mengalami penurunan.

Jokowi pun meminta kepada para pendukungnya untuk tidak terpengaruh terhadap hasil survei yang ada saat ini. Perolehan survei hanya untuk sebagai bahan koreksi dan evaluasi, bukan untuk memengaruhi masyarakat mendukung capres tertentu.

Tim pemenangan Prabowo-Hatta menyatakan, naiknya elektabilitas Prabowo-Hatta karena terus diserang dengan kampanye hitam seperti pelanggaran HAM. (Ans)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.