Sukses

Lika-liku Mencari `Jodoh` Jokowi

Sejak Jokowi mendeklarasikan diri sebagai capres PDIP, sejumlah tokoh disebut-sebut layak menjadi cawapresnya.

Liputan6.com, Jakarta - Oleh Ahmad Romadoni, Andi Muttya Keteng, Fathi Mahmud

 

PDIP terus menggodok sosok ideal yang cocok mendampingi Jokowi dalam pertarungan Pilpres 2014. Hingga kini, PDIP juga enggan menyebutkan kriteria seperti apa yang akan dicari. Tapi satu hal yang pasti, pendamping Jokowi tak boleh terlihat seperti presiden.

"Masih mencari sosok yang pas kriteria presiden yang melengkapi Pak Jokowi, bagaimana wapres tidak kelihatan jadi presiden. Style dan karakter ini yang saya kira sedang dicari," kata Ketua DPP PDIP Aria Bima dalam diskusi di Warung Daun, Jakarta, Minggu (13/4/201).

PDIP memang sudah mengantongi 5 nama cawapres untuk Jokowi. Tapi lagi-lagi politisi partai berlambang banteng moncong putih itu enggan menyebutkan siapa yang akan dipilihnya. Aria menyatakan, "Belum bisa saya sampaikan. Masih kriteria yang tidak dipunyai Jokowi."

"Yang pasti tidak tersangkut korupsi, tidak pernah terduga, dan tidak pernah terlibat," tandas Aria.

Sejak Jokowi mendeklarasikan diri sebagai capres PDIP, sejumlah tokoh disebut-sebut layak menjadi cawapresnya. Pengamat Politik Universitas Gajah Mada (UGM) Ari Sujito menyebut  2 sosok yang diprediksi bisa menjadi cawapresnya Jokowi. 2 Tokoh itu adalah Jusuf Kalla dan Mahfud MD. Keduanya dinilai mampu menyaingi pamor Jokowi.

Ari menilai JK bisa jadi calon wakil presiden Jokowi karena JK mempunyai dukungan yang besar dari partainya. Selain itu dukungan datang dari faktor asal JK dari luar Jawa juga akan meraup suara nantinya. JK juga tokoh agama akan mendapat dukungan dari kalangan tersebut.

"Pak JK cocok karena pertama dia pasti akan didukung loyalis partainya. JK dari luar jawa akan dapat dukungan dari masyarakatnya. JK juga tokoh NU pasti dapat dukungan juga," kata Ari kepada Liputan6.com di Yogyakarta, Sabtu (12/04/2014).

Selain itu, jelas Ari, tokoh Mahfud MD juga menjadi tokoh yang pas untuk dipasangkan dengan Jokowi. Selain dia dari kalangan NU, Mahfud juga sosok reformis pada bidang hukum. Jika Mahfud MD dicalonkan dari PKB, itu menjadi kekuatan besar.

"Mahfud bisa jadi simbol taktik dari PKB untuk meraup suaranya Rhoma (Irama). Rhoma nggak mungkin capreslah. Rhoma itu pancingan karena massa Rhoma kan banyak. Taktik itu cerdas dari PKB," tutur Ari.

Jokowi sendiri telah mengungkapkan, 5 nama cawapres yang sudah dikantonginya sebagian besar tokoh muda. "Muda, ada yang lebih tua. Yang lebih muda lebih banyak sedikit. Muda tua, sama saja," ujar Jokowi usai menghadiri acara pernikahan di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Minggu (13/4/2014).

Gubernur DKI Jakarta itu tak menampik jika kelima bakal cawapresnya itu tokoh dari kalangan militer, pengusaha, partai Islam, hingga musisi. Ia memastikan saat ini bukan lagi tahap penentuan kriteria cawapres, tapi saatnya penetapan figur-figur itu. "Sekarang masuk minggu figur," jelas mantan walikota Surakarta itu.

Pada Jumat 11 April 2014 malam lalu, pria yang akrab disapa Jokowi itu bertemu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Kebagusan, Jakarta Selatan. Keduanya membahas bakal cawapres yang akan mendampingi Jokowi pada Pilpres 2014. Hasilnya, 5 nama masuk sebagai bakal cawapres. "Sudah mengerucut menjadi 5 orang," pungkas Jokowi.

Lazim juga jika cawapres dari mitra koalisi. Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan PDIP resmi bergandeng tangan. Hal itu diakui bakal Capres PDIP Jokowi dan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh Sabtu 12 April kemarin, usai Jokowi menyambangi Surya Paloh di kantor DPP Partai Nasdem.

Apakah koalisi itu membuka peluang Surya Paloh menjadi bakal cawapres untuk Jokowi? "Itu (cawapres) lagi diproses. Eh bukan, tapi digodok," ujar pria bernama lengkap Joko Widodo itu di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Minggu (13/4/2014).

Soal koalisi dengan Partai Nasdem, menurut Gubernur DKI Jakarta itu, sudah sampai tahap akhir. Sehingga tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Selanjutnya, tinggal pemilihan bakal cawapres yang akan mendampinginya dalam Pilpres 9 Juli mendatang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.