Sukses

Secangkir Kopi Jokowi-Ical

Jokowi mengaku tak suka minum kopi. Tapi demi mengakrabkan diri dengan Ical, pria berperawakan kurus tersebut rela menenggak secangkir kopi.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa bulan terakhir Indonesia panas. Tak hanya suhu udara yang panas, tapi juga suhu politik. Maklum, ada pelaksanaan Pilpres 2014. Ada dua kubu. Satu kubu dukung Jokowi. Satu kubu dukung Prabowo. Ada Ical di balik Prabowo.

Sejak itu, memang Jokowi dan Ical sempat tak bersua. Sebab keduanya berada dalam posisi berseberangan. Tapi menjelang pelantikan, Jokowi mencoba menurunkan suhu politik. Jokowi mengajak Ical bertemu. Secangkir kopi jadi minuman penghangat pertemuan dua tokoh politik tersebut.

Jokowi mengakui sebenarnya ia tak suka minum kopi. Tapi demi mengakrabkan diri dengan Ical, pria berperawakan kurus tersebut rela menenggak secangkir kopi.

"‎Dengan Bapak ARB, Ketua Umum Golkar yang hampir selama 1 jam kita bertemu dan ngopi bareng. Meskipun saya tidak suka kopi, tapi saya terpaksa ngopi agar kita bisa lebih enak dan santai ngobrolnya," ujar Jokowi  di Galeri Seni Kurstkring, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 14 Oktober 2014.

Dalam pertemuan di sebuah ruangan restoran tersebut, Jokowi dan Ical berbicara banyak hal. Keduanya duduk saling berhadapan di sebuah ruang bergaya interior kolonial Belanda.

Jokowi mengatakan mengungkapkan pertemuan yang digelar secara tertutup tersebut hanya membicarakan hal santai sambil bercerita mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kenegaraan. Ical banyak bercerita mengenai permasalahan-permasalahan yang terjadi saat masih menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di masa pemerintahan SBY.

"Kami berdua, saya dan ARB bicara banyak mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kenegaraan. Beliau banyak cerita mengenai detail waktu jadi menteri jadi Menko. Dan beliau juga banyak berikan masukan kepada kita," kata Jokowi.

Senada dengan Jokowi, Ical yang mengenakan kemeja abu-abu mengaku pembicaraan tersebut jauh dari hal-hal yang bersifat politis, melainkan sebuah pembicaraan yang saling mengakrabkan diri antara keduanya.

"Tadi kita ngopi bareng, dengan jajanan pasar. Pak Jokowi makan onde-onde, saya makan kelepon. Kita ngobrol-ngorol santai," ucap Ical sambil tersenyum.

Ical pun mengaku sedikit menceritakan pengalamannya mengenai persoalan di beberapa daerah yang pembangunannya masih tertinggal seperti di wilayah Papua.

"Pada dasarnya memikirkan Indonesia ke depan. Apa pendapat saya? Saya banyak cerita tentang pendapat saya untuk Indonesia ke depan. Bicara soal ekonomi, bercakap mengenai persoalan Papua, dan masalah lainnya," beber Ical.

Deputi Tim Transisi Jokowi-JK, Andi Widjayanto mengatakan, pertemuan Jokowi-Ical tersebut terjadi atas inisiatif Jokowi dan memang telah direncanakan sebelumnya. "Ini sudah direncanakan 2 hari lalu dan diprakarsai oleh Pak Jokowi," ujar Andi.

Bersambung ke: Ical Bergabung Jokowi?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ical Bergabung Jokowi?



Pertemuan Jokowi dan Ical menimbulkan spekulasi bahwa Golkar akan "bercerai" dari Koalisi Merah Putih (KMP). Namun Ical mempertegas kepada Jokowi bahwa partainya tetap berada di barisan Koalisi Merah Putih ‎(KMP) yang mengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014 lalu.

"Dalam pertemuan sambil ngopi tadi, beliau (Ical) sampaikan akan tetap pada posisi di dalam Koalisi Merah Putih (KMP)," ujar Jokowi.

Mantan Walikota Solo itu pun mengaku dirinya menghargai keputusan Ical untuk tetap mempertahankan Golkar di Koalisi Merah Putih. Jokowi justru memberi apresiasi kepada Golkar yang memutuskan berada di luar pemerintahan bersama KMP.

"Bagus menurut saya untuk keseimbangan, check balance agar kita mengelola pemerintahan ada yang mengontrol dan mengawasi. Untuk manajemen kenegaraan itu menurut saya bagus," kata Jokowi.

Menurut Gubernur DKI Jakarta tersebut, perbedaan sikap itu merupakan hal yang lumrah dalam berdemokrasi. Ia pun ingin menujukkan kalau perbedaan sikap politik tidak berarti hubungan antara dirinya dan Ical maupun politisi Golkar lainnya memanas. Jokowi menegaskan bahwa antara dirinya dan Ical tetap berhubungan baik.

"Kita juga ingin menyampaikan kepada masyarakat, ingin tunjukkan kepada masyarakat, bahwa saya, Pak JK, dan Pak ARB tidak ada masalah. Jadi ini hanya persoalan biasa, perbedaan politik, dalam demokrasi, itu sangat wajar," kata Jokowi.

Menimpali apa yang disampaikan Jokowi, Ical mengatakan, sikap yang diambil oleh Partai Golkar bukan berarti Jokowi menjadi musuh politiknya. Ia pun tetap berhubungan baik dan menganggap Jokowi sebagai sahabat.

"Perbedaan pendapat dalam alam demokrasi adalah satu hal yang lumrah dan biasa. Bukan berarti kita bermusuhan, tapi cari solusi terbaik untuk bangsa dan negara," ujar Ical. "Golkar dan Koalisi Merah Putih bukan musuh, bukan oposisi, tapi penyeimbang."

Pemilik Bakrie Group juga menegaskan, partai penyeimbang dalam suatu sistem perpolitikan bukanlah posisi abu-abu. Partai penyeimbang menurut dia berperan penting dalam menjalankan fungsi kontrol bila ada program-program pemerintah yang dianggap kurang pro terhadap rakyat.

"‎Kalau penyeimbang disebut banci, tidak. Kalau oposisi disebut menolak (pemerintahan). Lalu, penyeimbang apa? Penyeimbang itu, yang baik dari program pemerintah di-support dan yang kurang baik didiskusikan," ujar Ical.

Ical yakin posisi partainya saat ini justru akan membuat pemerintahan Jokowi-JK berjalan dengan baik. Ia pun mengatakan, pihaknya akan terus memberikan kritik membangun kepada pemerintahan Jokowi-JK.

"Ke depan, kalau ini semua politik dapat membuka ruang komunikasi, Indonesia akan hebat, bagus, dan luar biasa.‎ Prinsip saya seorang sahabat, kalau memuji-muji terus mau masuk jurang dipuji terus. Kita tetap sahabat tapi posisi lain. Itu pendapat saya dan tidak berubah,"‎ tandas Aburizal Bakrie.

Namun demikian, Jokowi meyakini segala kemungkinan bisa terjadi dalam dunia politik. Ia pun menilai bisa saja saat ini Golkar memutuskan untuk tetap di koalisi Prabowo, namun pada kemudian hari justru meminta bergabung ke dalam pemerintahan. "Inikan jawaban (Ical) hari ini, belum tentu besok. Belum tentu bulan depan," ucap Jokowi sambil tertawa.

Mendengar pernyataan tersebut, Ical yang saat ini jabatannya tengah digoyang di internal Golkar karena gagal membawa partai berlambang pohon beringin menang pemilu, langsung menimpalinya. "Tapi kan kabinet Pak Jokowi itu disusun tanggal 21 Oktober, bukan bulan depan," jawab Ical. Mendengar jawaban tersebut, Jokowi pun langsung tersenyum sumringah‎.

Lantas apakah secangkir kopi tanda "perdamaian" hanya berlaku untuk Ical? Apakah Jokowi juga bakal minum kopi bareng Prabowo? Tentu itu mungkin-mungkin saja. Sebagaimana yang diungkapkan Deputi Tim Transisi Jokowi-JK, Andi Widjayanto, pertemuan Jokowi-Ical merupakan  "safari politik termasuk dengan ketum Koalisi Merah Putih yang lain." Nah, kita tunggu saja. (Rmn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.