Sukses

Kedua Kubu Capres Janji Terima Apapun Keputusan KPU

Namun kubu Prabowo-Hatta meminta kubu Jokowi-JK tidak dipanas-panasi. Jika tidak mereka siap bertempur dan berdarah-darah.

Liputan6.com, Jakarta - Pasca-Pilpres 9 Juli lalu suhu politik tetap panas. Kedua pasangan capres dan cawapres saling mengklaim kemenangan. Karena itu kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa minta kubu Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) tidak memanas-manasi.

"Jangan dipanas-panasin, tapi kalau dipanasin kita akan siap tempur. Lebih baik berdarah-darah hingga titik terakhir, tapi kita sosialisasikan jadi salju. Mau Jokowi menang monggo, mau Prabowo menang kita kawal," ujar anggota tim pemenangan Prabowo-Hatta, Syarif, di Galery Cafe, Jakarta, Jumat (18/7/2014).

"Tentunya ada yang akan ke MK (Mahkamah Konstitusi), keputusan apapun harus kita terima. Harus jadi laki-laki negarawan ksatria," sambungnya.

Menurut Syarif, seluruh relawan mendapat mandat dari pasangan capres nomor urut 1 itu untuk menciptakan suasana dingin, pasca-pengumuman KPU. Maka pihaknya berjanji akan menerima keputusan apapun dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) 22 Juli nanti.

"Untuk 22 Juli nanti, kami dari Koalisi Relawan Prabowo-Hatta bersikap dingin. Keputusan apapun yang diambil KPU Pusat, kami siap menerima kekalahan dan siap menerima kemenangan," ujar Ketua Relawan Koalisi Prabowo-Hatta itu.

Syarif menegaskan, relawan Prabowo-Hatta sendiri memiliki posko pusat hingga ke daerah. Namun posko itu bukan untuk menggalang kekuatan dalam mengantisipasi kekalahan Pilpres.

Hal senada juga diungkapkan anggota tim pemenangan Jokowi-JK sekaligus Ketua Projo Budi Arie Setiadi. Menurutnya, kemenangan Pilpres sejatinya kemenangan rakyat sendiri. Karena itu tak pantas bertikai memperebutkan.

"Pilpres 2014 menghasilkan kemenangan bagi rakyat. Pemenangnya bukan nomor 1 dan 2 tapi rakyat. Pilpres kali ini buktikan kemenangan rakyat dalam memilih presidennya," kata Budi.

Menurut Budi, sekarang ini bukan lagi saatnya untuk saling bertikai. Yang sekarang harus dilakukan adalah saling bahu-membahu memajukan bangsa Indonesia.

"Sekarang saatnya kita lupakan perbedaan, imbauan kita agar rekatkan diri kembali. Yang sebenarnya dibela adalah demokrasi," imbuh Syarif.

Budi menegaskan, Pilpres kali ini menjadi catatan penting bagi demokrasi Indonesia. Menurutnya, kericuhan yang terjadi dapat menjadi langkah mundur bagi demokrasi dan politik di tanah air.

Lantaran itu, Budi berharap jangan sampai ada pihak yang tidak terima keputusan KPU pada 22 Juli mendatang. "Yang akrobat ini kan elite politik. Sudah selesai setelah 22, kita ikuti KPU," ujarnya.

"Tidak ada yang menang dan kalah, rakyat pemenangnya. Kita perlu kawal pemerintahan baru ke depan untuk menjalankan agenda rakyat," tandas Budi. (Yus)

Baca juga:

Bawaslu Akan Pertemukan Prabowo dan Jokowi dalam Buka Bersama

Cegah Kisruh Pilpres 22 Juli, GKRI Serukan Prabowo-Jokowi Bertemu

Prabowo-Hatta Kuasai Sumbar, Jokowi-JK Unggul di Papua dan DIY

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.