Sukses

Arah Koalisi Permanen Merah Putih

Bagi kubu pasangan capres Jokowi-JK kesepakatan koalisi permanen ini bukan ancaman.

Liputan6.com, Jakarta - Oleh: Ahmad Romadoni, Luqman Rimadi

Sorakan pendukung Koalisi Merah Putih seketika pecah, ketika capres nomor urut 1 Prabowo Subianto menyebut nama mantan istrinya, saat meresmikan penandatanganan piagam Koalisi Permanen Merah Putih di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Senin 14 Juli sore.

"Di sini hadir Pak Amien Rais tokoh reformasi yang telah memimpin demokratisasi Indonesia dan masih memimpin kita hingga sekarang, Bapak Mahfud MD, Pak Hary Tanoesudibjo, para ulama, purnawirawan-purnawirawan TNI, Ibu Titiek…,” ucap Prabowo mengawali pidato politiknya.

Belum selesai ucapan Prabowo, ribuan pendukung yang hadir dalam deklarasi itu langsung bersorak-sorai, sekan menyambut ucapan itu sebagai (sinyal dukungan keduanya rujuk) pasangan suami istri. "Ciee, cieee..." teriak pendukungnya kompak, menggoda.

Prabowo pun mesam-mesem dan menunda pidatonya sejenak. “Ini pasti yang kalian tunggu,” katanya sambil tertawa dan lagi-lagi disambut teriakan dan tepuk tangan para pendukungnya.  

Koalisi Permanen Merah Putih ini diresmikan dan ditandatangani di hadapan para petinggi partai pengusung Prabowo-Hatta. Penanda kesepakatan untuk membangun koalisi yang lebih solid, menghadapi kemungkinan kemenangan Pilpres 2014 nanti. Satu per satu petinggi partai pendukungnya itu menyampaikan pidatonya.

Prabowo sendiri diangkat sebagai Ketua Pembina Koalisi Permanen Merah Putih. Koalisi ini beranggotakan Partai Gerindra, PAN, PKS, PPP, PBB, Partai Golkar dan Partai Demokrat. Ketujuh partai ini merupakan pengusung pasangan Prabowo-Hatta pada Pilpres 9 Juli lalu.

Para elite partai tentu beragam menyampaikan pandangannya saat pidato politiknya, sekaligus menegaskan visi-misi dan program pemerintahan Prabowo-Hatta mendatang. Seperti yang disampaikan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie yang menegaskan bahwa koalisi Merah Putih akan menjaga ideologi Pancasila dari ideologi lain.

Hal senada juga disampaikan Presiden PKS Anis Matta, Koalisi Merah Putih yang selama ini bersama-sama mengusung Prabowo-Hatta itu akan segera berubah menjadi Tim Indonesia. Sebagai upaya menyambung sejarah, mengisi kemedekaan. Yang utama adalah semangat membangun tim baru untuk Indonesia yang akan datang.

Hal senada juga disampaikan Ketua Umum PPP Suryadharma Ali, Ketua Umum PBB MS Kaban, dan Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli.  

Mereka juga meyakini, melalui Koalisi Permanan Merah Putih ini pemerintahan Prabowo-Hatta nanti akan lebih efisen dan lebih solid. Yang terpenting adalah koalisi ini akan menjaga dan menjalankan amanatkan Pancasila dan UUD 45.

Dalam Koalisi Permanen Merah Putih ini, posisi Prabowo tetap memegang pucuk pimpinan. Sama seperti di Partai Gerindra. Dia akan menjadi Ketua Dewan Pembina Koalisi Permanen Merah Putih.

Prabowo mengatakan, pembentukan Koalisi Permanen Merah Putih untuk mengawal NKRI, Bhineka Tunggal Ika, dan menjamin adanya pemerintahan yang efisien, stabil dan bisa membawa suatu perbaikan untuk bangsa dan negara.

"Saya berterima kasih atas kehormatan karena diangkat sebagai pembina koalisi ini. Insya Allah dengan koalisi ini bisa memimpin negeri ini,” ujar mantan Danjen Kopassus itu dalam pidato politiknya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bukan Ancaman


Penandatanganan piagam Koalisi Permanen Merah Putih ini langsung mendapat reaksi dari kubu pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Bagi kubu pasangan capres nomor urut 2 ini kesepakatan koalisi permanen ini bukan ancaman untuk kubu Jokowi-JK.

"Silakan saja mereka mau buat deklarasi apa saja," ujar Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-JK Tjahjo Kumolo di Senayan, Jakarta Pusat, Senin 14 Juli 2014.

"Saya pahami Koalisi Merah Putih bukan ancaman kami," tegas Tjahjo.

Sekjen PDI Perjuangan itu juga mengaku tak khawatir pemerintahan bentukan Jokowi-JK bakal terganjal Koalisi Merah Putih jika memang capres nomor urut 2 itu keluar sebagai pemenang Pilpres 2014. Meski pun kekuatan Koalisi Merah Putih menguasai lebih dari 60% kursi parlemen.
 
Dia yakin kebijakan pro rakyat tidak akan terhambat di parlemen kelak. "‎Kalau konstituen menginginkan kebijakan politik anggaran, politik pemerintahan serta politik legislasi yang bermuara kepentingan bangsa dan negara, saya rasa mereka akan dukung."

"Misalnya, rakyat ingin cetak sawah baru. Kan kita ingin swasembada pangan. Kalau parpol menolak, tapi rakyat menerima ya tidak ada masalah," sambung Tjahjo.

3 dari 3 halaman

Produk Lama


Semangat membangun kebersamaan dan kesolidan Koalisi Merah Putih yang dibuktikan melalui penandatanganan piagam Koalisi Permanen Merah Putih, dinilai tidak ada terobosan baru alias produk lama. Meski pun ada semangat belajar dari pemerintahan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), agar lebih solid menjaga koalisi.

Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai, apa yang digaungkan koalisi ini memang untuk 'mengamankan' agar pemerintahan Prabowo-Hatta jika kelak menang, (berjalan paralel dengan parlemen). Tidak ada penjegalan, DPR menjadi penjaga gawang pemerintahan SBY.

"Menurut saya ini sinyal menjelang akan diumumkannya hasil Pilpres pada 22 Juli oleh KPU, selama ini kan koalisi tidak solid. Pengalaman 2 periode Pilpres 2004-2009 yang dimenangkan SBY tidak ada jaminan," ujar Zuhro kepada Liputan6.com, Senin 14 Juli 2014.

"Koalisi yang dibangun tidak paralel antara pemerintahan dan parlemen, ketika tidak paralel pemerintah diganggu DPR," tegas Zuhro.

Akan dibawa kemana kemanakah koalisi Merah Putih? Zuhro melihat koalisi ini akan sama seperti koalisi sebelumnya. Karena karakter partai belum berubah. Semua tergangung pada leading partai koalisi, dalam hal ini Partai Gerindra. Bargaining politik juga kemungkinan masih akan ada jika memang Prabowo-Hatta dinyatakan menang. 'Siapa duduk di mana', akan masih ada.

Lantas akan bertahankan koalisi ini seperti sebutan 'permanen' itu? Zuhro juga masih ragu. Sebab, belum ada pengalaman sebelumnya, sejak Pilpres dipilih secara langsung. Namun selama partai masih menjunjung nilai pragmatisme akan sulit koalisi ini berjalan solid.

"Menurut saya koalisi sedang atau besar pasti di dalamnya bicara 'siapa duduk di mana', 'di mana mendapatkan apa', katakan 'kekuasaan seperti apa' juga. Jadi, 'siapa mendapat apa' itu kemungkinan semua akan terjadi. Karena karakter parpol seperti itu," pungkas Zuhro. (Ado)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini