Sukses

Amankan 22 Juli, Polri Terjunkan 254 Ribu Personel

Dengan pengamanan yang ketat, KPU diharapkan tak akan terpengaruh pihak mana pun.

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan mengumumkan hasil rekapitulasi suara Pilpres 2014 pada 22 Juli mendatang. Untuk itu pihak Polri bertekad akan menjaga keamanan secara maksimal. Apalagi titik krusial berada di ring sekitar lingkungan KPU.

"Saya akan menjaga secara maksimal ber-ring-ring. Mulai dari Ring I di dalam gedung (KPU), Ring II, III, hingga Ring IV," kata Kapolri Jenderal Polisi Sutarman di Korlantas, Mabes Polri, Jakarta, Jumat (18/7/2014).

Meski demikian, mantan Kabareskrim itu berharap pada pengumuman nanti tidak terjadi anarkisme. Kalau terjadi rusuh, Polri sudah punya Prosedur Tetap (Protap), mulai dari Step I yang sangat soft sampai Step VI penggunaan senjata peluru karet.

"Adapun personel untuk PAM (Pasukan Pengamanan) Pilpres itu sekitar 254.088 personel," ujar dia.

Dengan pengamanan yang ketat itu diharapkan KPU tidak akan terpengaruh pihak mana pun dan menyampaikan hasil penghitungan suara itu betul-betuk suara murni dari masyarakat. "Mudah-mudahan tidak ada, tapi Polri sudah siapkan sampai level kontijensi (darurat) apabila terjadi suatu bentuk kontijensi," ungkapnya.

Sutarman menegaskan, saat Pemilu Legislatif 9 April lalu daerah rawan secara krusial di beberapa daerah seperti Aceh, Papua, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Namun untuk Pilpres yang krusial di kota besar seperti Jakarta.

"Karena pada saat penghitungan suara akhir itu ada di Jakarta. Dan yang kita saksikan bersama kedua belah pihak saling mengklaim kemenangan, tapi kita harus percaya kepada KPU bahwa penghitungan terakhir nanti di KPU," ujar Kapolri.

Sutarman melanjutkan, bila sudah ditetapkan dan masih ada persoalan atas keputusan itu, maka diimbau mengambil langkah berikutnya. Yakni, gugatan sengketa Pemilu di Mahkamah Konstitusi (MK).

"Silakan digunakan apabila masih terdapat hal-hal yang merugikan. Itu mekanismenya. Ini pesta rakyat Indonesia untuk memilih calon-calon pemimpinnya. Sehingga bila di dalam pesta itu ada sedikit masalah, misalnya sudah terpilih secara yuridis dan ditetapkan sebagai pemenang maka yang tadinya menjadi rival harus sama-sama mendukung karena ini pemimpin kita 5 tahun ke depan," papar Sutarman.

Meski demikian Sutarman berharap tidak terjadi sengketa dan tak ada penggelembungan suara atau pun rekayasa, dan kecurangan Pemilu lainnya. Sebab itu ia meminta kepada masyarakat tetap mengawasi semuanya.

"Dari tim pengawas nya masing-masing calon silakan, dari Bawaslu silakan, dan termasuk dari kepolisian juga akan mengawasinya," ungkapnya.

Sutarman menegaskan, apabila sudah terpilih secara yuridis dan ditetapkan sebagai pemenang, siapa pun pemimpinnya nanti harus mau dikritisi, sebagai masukan sekaligus dukungan.

"Misalnya tidak bisa membawa sebagaimana yang dicita-citakan rakyat, ya jangan dipilih lagi 2019," tandas Sutarman. (Rmn)

Baca juga:

Polri Siap Amankan KPU Umumkan Pemenang Pilpres Selasa 22 Juli

Mantan Rektor UI Sarankan KPU Umumkan Hasil Pillpres Malam Hari

Bak Tanding Bola, Pengamat Nilai Pilpres Berujung Adu Penalti

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.