Sukses

Cyrus Network Pertanyakan Hasil Survei LSN

Hasan melihat LSN kerap pro pada Gerindra dan Prabowo. Karena itu, hasil survei LSN menurutnya tidak perlu ditanggapi secara serius.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Cyrus Network Hasan Nasbi Batupahat mengkritisi survei Lembaga Survei Nasional (LSN). Ia menuding LSN telah disusupi Mahfud MD, Ketua Tim Sukses Pemenangan pasangan capres cawapres nomor urut 1 Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa (Prabowo-Hatta). Karena itu, Hasan menegaskan hasil survei LSN tidak perlu ditanggapi secara serius.

"Jadi wajarlah kalau hasilnya seperti itu. Tidak usah terlalu dianggap serius," kata Hasan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (13/6/2014).

Hasan memaparkan, ada keanehan dalam metodologi survei yang dilakukan LSN. Misalnya soal provinsi yang disurvei. "Pertama dia mengaku survei di 33 provinsi, tapi kok yang diumumkan cuma 8 provinsi? Yang 33 provinsi kok tidak diumumkan?" heran Hasan.

Rekam jejak LSN juga tak luput dari perhatian. Sejak awal, lanjutnya, LSN kerap pro pada Gerindra dan Prabowo. "5 Tahun lalu, April 2009, LSN bilang Gerindra bakal jadi partai nomor 3 dengan angka 15,6 persen. Tapi ternyata hasil pemilu cuma sepertiganya," jelasnya.

Keyakinan itu ditambah lagi oleh ucapan Mahfud yang mengatakan bakal merilis hasil survei internal yang ternyata dilakukan LSN.

"Dulu tahun 2009 sepertinya LSN itu punyanya Pak Prabowo. Tapi kali ini LSN sepertinya sudah jadi miliknya Pak Mahfud MD. Sebab Selasa lalu beliau berjanji bakal rilis survei internal Kamis ini. Dan ternyata LSN," tandas Hasan.

Dalam rilis survei sebelumnya, peneliti utama LSN, Gema Nusantara mengatakan alasan responden memilih pasangan Prabowo-Hatta lantaran keduanya dianggap mempunyai integritas dan tegas dalam mengambil sikap. Sebanyak 46,3%, mengaku akan memilih Prabowo-Hatta, dan 38,8% mengaku memilih Jokowi-JK.

Survei LSN ini berbeda dengan hasil riset sejumlah lembaga survei lainnya, antara lain hasil Cyrus Network dan LSI.

Hasil survei Cyrus Network menunjukkan, Jokowi-JK unggul 13% dari Prabowo-Hatta. "Angka minimal Jokowi-JK 56,5% sementara angka optimum Prabowo hanya 43,5% artinya jarak masih di atas 10%," ujar Hasan di Jakarta, Selasa 10 Juni lalu.

Dalam survei itu juga terungkap, para pemilih yang belum diketahui pilihannya semakin mengecil yakni di angka 5,3%. "Kita tak memakai istilah undecided tapi pakai unidentified, artinya yang tidak teridentifikasi dan angkanya makin mengecil. Bahkan 2,9% dari 5,3% itu condong memilih Jokowi-JK. Jadi sulit untuk memperkecil jarak bagi Prabowo," jelas Hasan.

Sementara, hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan adanya pertarungan dan perebutan suara di Indonesia bagian barat dan timur. Pertarungan itu lebih menitikberatkan pada ketokohan 2 cawapres yang bersaing di Pilpres 2014, Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla.

Peneliti LSI Rully Akbar menerangkan, di teritori Timur yang meliputi Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat, ketokohan JK membantu dukungan bagi Jokowi.

Meski mendulang suara yang cukup banyak di Timur karena pengaruh JK, ternyata terjadi pengurangan dukungan bagi Jokowi-JK di teritori Barat (meliputi Sumatera). Penggembosan suara itu karena efek Hatta Rajasa sebagai cawapres Prabowo. (Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.