Sukses

Tren Politik: Tokoh Lengser, Partai Pun Ditinggalkan

Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) melihat ada tren politik yang kerap terjadi sejak Pemilu 1955 sampai Pemilu 2014 ini. Tren itu adalah tokoh

Liputan6.com, Jakarta - Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) melihat ada tren politik yang kerap terjadi sejak Pemilu 1955 sampai Pemilu 2014 ini. Tren itu adalah tokoh politik yang berkuasa berdampak pada perolehan suara kendaraan politiknya.

"Sejarah politik Indonesia adalah sejarah tokoh. Sang tokoh lengser dari kekuasaan maka partainya pun ditinggalkan," ujar Direktur Eksekutif SSS Ari Nurcahyo di Wisma Kodel, Jakarta, Jumat (4/4/2014).

SSS mengumpulkan hasil survei yang merekam tokoh partai politik saat mereka berkuasa dan saat mereka lengser. Hasilnya, ketika tokoh tersebut lengser, terjadi penurunan perolehan suara.

Ari memaparkan contoh-contoh, misalnya Soekarno dan PNI pada Pemilu 1955 memiliki suaranya 22,32%, tapi pada Pemilu 1971 jatuh pada 6,93%. Lalu, Soeharto dan Golkar pada Pemilu 1997 suaranya 74,51% tapi pada Pemilu 1999 jatuh pada 22,44%.

Untuk PDIP, SSS menilai akan ada banyak perolehan suara karena efek Jokowi sebagai capres dan tokoh politik partai tersebut. "Tingkat elektabilitas PDIP sebagai calon pemenang, selain bekerjanya solidaritas partai, banyak disumbang oleh adanya efek Jokowi. Dengan kata lain, pemilih menjatuhkan pilihannya kepada PDIP banyak disebabkan karena tertarik pada figur Jokowi," tandas Ari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.