Sukses

Jokowi `Sungkem` Bung Karno

Jokowi tiba-tiba diajak Megawati Soekarnoputri untuk nyekar ke Makam Bung Karno di Blitar. Apakah itu tanda pencapresan Jokowi?

Liputan6.com, Jakarta - Kota Jakarta diguyur hujan cukup deras. Rabu, 12 Maret 2014 pagi sejumlah warga Ibukota menjadi kesal. Bagaimana tidak. Kala hujan turun, warga yang akan beraktivitas menuju tempat kerja, harus rela bermacet-macetan lantaran sejumlah ruas jalan tergenang air cukup tinggi.

Banjir yang menerjang Jakarta kerap mendapatkan inspeksi langsung dari Gubernur DKI Jakarta Jokowi Widodo. Namun, hari itu sepi. Tak ada suara dari Balaikota Jakarta. Mobil dinas yang kerap digunakan Jokowi, Toyota Innova hitam sudah bersiap sejak pagi. Beberapa ajudan dan staf protokoler pun lengkap bersiaga.

Namun hingga tengah hari, tak terlihat ada pergerakan dari sang gubernur. Beberapa ajudan yang dikonfirmasi hanya mengatakan, "Bapak (Jokowi) ada di ruangan." Sementara dalam agenda resmi Gubernur DKI tak ada agenda apapun untuk Jokowi.

Informasi yang diterima Liputan6.com, Jokowi tidak ada di Jakarta. Mantan Walikota Solo yang namanya terus meroket sebagai calon presiden 2014 itu sedang menuju Blitar, Jawa Timur. Kabar berhembus, Jokowi sedang ziarah ke makam founding father Indonesia, Presiden Sukarno di Blitar.

Benarkah demikian? "Yang saya dengar begitu. Saya juga diundang ke sana, tapi saya tidak bisa," kata Ketua MPR yang juga politisi PDIP Sidarto Danusubroto saat mengunjungi kantor redaksi Liputan6.com, Senayan, Jakarta.

Menurut sumber Liputan6.com, Jokowi berangkat dari Jakarta pukul 07.00 WIB. "Dari Balaikota tadi pagi Bapak berangkat sekitar pukul 07.00 WIB, beliau terlihat terburu-buru," ujar sumber itu. "Beliau diajak oleh Bu Mega tiba-tiba," imbuh sang sumber.

Jokowi memang pergi ke Blitar. Suami dari Iriana itu terlihat di antara rombongan Megawati Soekarnoputri yang tiba di Bandara Abdurrahman Saleh, Malang, Jawa Timur, pukul 10.00 WIB. Dari Bandara Abdurrahman Saleh, Megawati beserta rombongan istirahat sebentar di Hotel Tugu Kota Malang, setelah itu melanjutkan perjalanan ke Blitar.

Kepergian Jokowi tersebut diketahui untuk berziarah ke makam Bung Karno yang terletak di desa Bendogerit, Kecamatan Sanawetan, Kota Blitar.

Makam Bung Karno itu memang kerap diziarahi sejumlah politisi yang mencalonkan diri dalam Pemilu. Kabarnya, Jokowi menziarahi makam sang Proklamator itu untuk meminta restu karena mencalonkan diri sebagai presiden pada Pilpres 2014.  

"Hanya berziarah, tidak ada agenda politik. Setelah ini Ibu (Megawati) langsung pulang ke Jakarta," kata Plt Ketua DPC PDIP Kota Malang Eddy Rumpoko.

Setali tiga uang. Jokowi hanya tersenyum saat ditanya langkahnya ke makam Bung Karno untuk sungkem maju dalam Pilpres 2014. Tak ada penegasan yang terlontar dari bibirnya. Meski begitu, sinyal-sinyal pencapresan Jokowi mulai terdeteksi dalam beberapa bulan belakangan ini.

'Saya Titip Jakarta'

Di antara sinyal yang terdeteksi ialah saat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sempat 2 kali mengucapkan 'saya titip' ketika memberi pengarahan kepada Pejabat Eselon III dan IV Pemprov DKI.

Yang pertama saat menyampaikan arahan kepada PNS yang berada di bawah naungan Asisten Gubernur Bidang Pembangunan. Kedua, kepada PNS di bawah naungan Asisten Gubernur bidang Perekonomian.

"Saya titip kepada Bapak Ibu semuanya," kata pria yang karib disapa Jokowi itu di Balaikota DKI Jakarta, Senin 10 Maret 2014.

Apakah kalimat 'saya titip' itu adalah salam perpisahan tersirat dirinya kepada para PNS DKI karena akan meninggalkan Jakarta dan mencalonkan diri sebagai presiden? Mantan Walikota Surakarta itu menjawab dengan tersenyum.

Beberapa detik kemudian, ia menanyakan kalimat sebetulnya yang cocok digunakan agar orang tidak menafsirkan salah perkataannya. "Memang saya ngomong begitu berapa kali? Terus pakai kata apa bagusnya?" tanya Jokowi kepada awak media.

Ia pun mengatakan frasa 'saya titip' tersebut hanya pernyataan spontan. Bukan hal yang sudah dipersiapkan dalam naskah pidato.

Sinyal lainnya datang dari Riau saat Jokowi melakukan konsolidasi kader PDIP di daerah tersebut. Jokowi sebagai jurkam partai berlambang moncong putiih itu menyatakan akan ada kejutan pada bulan April 2014 nanti.

"Akan ada kejutan dari PDI Perjuangan," ucap Jokowi ke kader PDIP Riau di Pekanbaru, Riau, Sabtu 8 Maret 2014 yang menginginkannya maju sebagai capres.

Kata kejutan juga pernah dilontarkan Jokowi pada ajang Pilkada DKI Jakarta. Pada putaran kedua pilkada itu, Jokowi tampak yakin bila dirinya akan menang dan menggeser calon petahana Fauzi Bowo.

"Seperti yang pernah saya sampaikan sebelumnya, sekarang kita ini dikeroyok partai besar, kita dikepung gajah besar. Tapi tanggal 20 September nanti, rakyat akan memberikan kejutan besar, bukan saya yang memberikan kejutan tapi bapak ibu semua," ujar Jokowi di Posko Perjuangan Rakyat (Pospera), Jalan Diponegoro 58, Menteng, Jakarta, Ahad 16 September 2012 lalu.

Janji 5 Tahun

Meski desakan maju sebagai capres 2014 begitu kuat, Jokowi juga dituntut sejumlah pihak untuk tetap komitmen dalam menyelesaikan tugasnya memimpin Jakarta selama 5 tahun. Seperti yang terekam dalam video yang bertajuk "Video Full DVD Kami Pegang Janji Jokowi" di situs YouTube.

Dalam video yang dibuat pemilik akun 'DP News' berdurasi 7 menit 28 detik itu, semua janji Jokowi selama 5 tahun dikumpulkan. Pengamat politik UIN Jakarta Gun Gun Heriyanto menilai hal tersebut adalah wajar dan sah.

Gun Gun menjelaskan hal itu sebagai sikap kritis masyarakat Jakarta untuk mengingatkan kembali janji dan sumpah jabatan Jokowi saat dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta.

"Jadi bagus-bagus dan sah-sah saja. Ini menunjukkan public record. Artinya upaya kritik dari masyarakat Jakarta untuk mengingatkan Jokowi terhadap sumpah jabatannya dan janji-janjinya selama dia kampanye dan dilantik," ujar Gun Gun dalam keterangan tertulisnya, Sabtu 8 Maret 2014.

Bahkan wacana pencapresan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) itu dinilai sebagai ancaman. Sebab Jokowi berpotensi terpisah dengan wakilnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pasangan 'dwi tunggal' itu tak boleh terpisahkan lantaran keduanya dinilai tak mampu menjadi pemimpin efektif tanpa satu sama lain.

"Ibarat kaki, ini dua-duanya kaki asli. Bukan sebelah kaki asli sebelah palsu yang mungkin bisa jalan tapi nggak bisa lari, lompat, jongkok atau manjat," kata Peneliti Cyrrus Network, Hasan Nasbi di Jakarta, Rabu (12/3/2014).

Hasan menyatakan, tanpa Ahok maka Jokowi kemungkinan tidak berani membuat berbagai gebrakan yang kontroversial. Di sisi lain, Ahok dengan gayanya yang keras dan tanpa basa-basi membutuhkan sosok simpatik seperti Jokowi.

Lantas apakah Jokowi akan tetap dicalonkan maju sebagai bakal capres 2014? Lihat saja nanti. (Nadya Isnaeni Panggabean)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini