Sukses

Masalah Ekonomi Nasional dan Korupsi

Dua momentum penting yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu periode akhir tahun Pemerintahan Presiden SBY dan Pilpres 2014.

Citizen6, Jakarta: Ada dua momentum penting yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu periode akhir tahun Pemerintahan Presiden SBY, kedua menghadapi Pemilu dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.

Pengamat dengan memanfaatkan media massa pada umumnya lebih sensitif dalam merasakan suasana dan kecenderungan yang akan terjadi. Tulisan ini akan menyoroti permasalahan ekonomi nasional dan pemberantasan korupsi dengan tujuan agar para pemangku kepentingan (stakeholders) lebih cepat mewaspadainya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tampak sangat merisaukan perkembangan ekonomi belakangan ini, sampai-sampai ia mengajak anggota kabinet mendinginkan suasana di tengah keteduhan Istana Cipanas. Berbagai indikator ekonomi memang memperlihatkan kecenderungan memburuk, tentu saja merupakan pukulan bagi pemerintahan SBY, mengingat masa kerjanya makin pendek. Sejumlah indikator makin tidak menggembirakan, mencakup pelemahan nilai tukar rupiah, inflasi bulan November, cadangan devisa, pembengkakan jumlah subsidi BBM, dan membesarnya defisit transaksi berjalan.

Masalah-masalah yang dikemukakan di atas terutama yang dirisaukan Presiden SBY, pada umumnya tergolong pada masalah-masalah ekonomi makro, tidak menyentuh langsung kepentingan rakyat biasa. Namun semua sadar, bahwa persoalan ekonomi golongan rakyat biasa, golongan menengah sangat tergantung pada kondisi masalah-masalah ekonomi makro tersebut.Padahal, secara makro saat ini situasi ekonomi berat.

Dalam situasi ekonomi makro yang berat tersebut, sebuah pengalaman yang berharga dari sejarah adalah langkah Orde Baru mengatasi situasi pasca G30S/PKI yang tidak kalah parahnya dari situasi saat ini, yaitu ada keberanian politik mengambil berbagai keputusan ekonomi sebagai awal memecahkan lingkaran setan kesulitan ekonomi.

Jadi, persoalan pertama yang harus menjawab adalah para ekonom adalah apa hambatan utama di bidang ekonomi dewasa ini dan apa alternatif pemecahannya. Pertanyaan selanjutnya ditujukan kepada para politisi, yaitu apakah berani memilih salah satu alternatif yang tersedia dan dengan keberanian politik yang luar biasa dibuat keputusan politik nasional untuk bangsa Indonesia melakukannya. Hanya inilah kuncinya, yaitu unsur serta faktor kepemimpinan politik negeri ini.

Sementara itu, terkait pemberantasan korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mewaspadai adanya kasus pembobolan korupsi dana perbankan menjelang perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. Kewaspadaan tersebut, menurut Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto, tidaklah berlebihan. Pasalnya, kata Bambang, masyarakat Indonesia selalu disuguhkan kasus pembobolan bank setiap kali menjelang pemilu.

Menurut penulis, kejahatan perbankan yang terjadi menjelang Pemilu, dicurigai adalah bagian dari kegiatan politik suatu golongan, yang seperti dalam pembahasan masalah situasi ekonomi makro, maka negeri ini harus berani mengambil suatu keputusan politik yang menentukan. Kekhawatiran terjadinya kejahatan perbankan seperti pada 2004 dan 2009 seperti  tersebut di atas dibuat oleh Bambang Wijoyanto, Wakil Ketua KPK.

Sungguh ironis, Wakil Ketua KPK bisa membuat peringatan kepada masyarakat kemungkinan menghadapi Pemilu dan Pilpres 2014 akan ada lagi skandal perbankan, tetapi ia sebagai pimpinan KPK tidak berani mendorong KPK membuat keputusan politik yang berani, bagaimana dan ke arah mana skandal bank Century yang sudah berusia sekitar lima tahun tersebut, tetapi masih menggantung tidak menentu, harus diakhiri. Pengakhiran kasus skandal Bank Century secara politik perlu dilakukan agar  menjadi contoh untuk tidak  terjadi kembali.

Persoalan Bank Century adalah membongkar pertama, siapa yang secara politik bertanggung jawab terjadinya keputusan bailout sebesar 6,7 Triliun kepada bank Century. Orang ini harus mempertanggungjawabkan secara politik dan diancam pidana karena telah mengakibatkan negara dirugikansebesar Rp 6,7 Triliun dan ada pihak-pihak lain yang menjadi kaya.

Kedua, meneliti aliran dana yang terjadi untuk menemukan siapa saja yang telah menikmati dana talangan sebesar Rp 6,7 Triliun tersebut dan menangkap serta mengirimkannya ke Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan. Ketiga, kita perlu memiliki pemangku kepentingan dari kalangan politik yang berani mengambil keputusan politik itu, karena tanpa itu KPK dimana Bambang Wijayanto penulis prediksi diatas bertugas, akan selalu dalam kebimbangan dan masalah bank Century semakin berlarut-larut.

Oleh karena itu, perlu dikritisi usulan Wakil Ketua Komisi III DPR-RI, Aziz Syamsuddin, agar KPK vakum selama proses Pemilu 2014. Usulan ini memancing pendapat jika KPK vakum, maka masyarakat dapat golput.Seharusnya, pemberantasan korupsi tidak perlu dihentikan, dan justru untuk mengawasi adanya politik uang menjelang dan saat Pemilu 2014. (Satya Dewangga/mar)

Satya Dewangga, penulis adalah peneliti muda di Forum Dialog dan pewarta warga.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

Mulai 3 Desember sampai 13 desember 2013 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan "Terima Kasihku untuk 2013". Ada merchandise eksklusif dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.