Sukses

Siapapun Cawapresnya, Jokowi Capresnya!

Jokowi sepertinya dinaungi pulung atau wahyu keprabon. Dia selalu disebut-sebut sebagai tokoh yang layak jadi calon presiden Indonesia. Meski sebatas survei, pria bernama asli Joko Widodo itu tak pernah lengser dari posisi puncak, siapa pun pasangan maupun saingannya.

Survei terbaru dilakukan oleh Aliansi Pemuda Indonesia (API) Perubahan. Survei melalui telepon ini menujukkan, Jokowi memperoleh suara 20,7% responden yang berjumlah 650. Survei itu dilakukan awal Juni hingga 1 Juli dengan teknik multistage random sampling. Responden berusia 17 tahun atau sudah menikah. Margin of Error 3,8 dengan tingkat kepercayaan 95%.

Angka itu jauh mengalahkan angka Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto yang hanya dipilih 11,2% responden, Dahlan Iskan 7,8%, Jusuf Kalla 6,2%, Aburizal Bakrie, 5,4%, Mahfud MD 4,2%, Hatta Rajasa 2,6%, bahkan Megawati Soekarnoputri sekaligus yang hanya mendapat 2% suara responden.

Posisi teratas Jokowi tak goyah meski dipasangkan dengan nama lain sebagai cawapres. Dalam survei API itu, pasangan Jokowi-Dahlan dipilih 14,4% responden, jika dipasangkan dengan basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dipilih oleh 7,9%, dan jika dipasangkan dengan Prabowo mendapat 5,4%.

Bandingkan saja dengan perolehan Prabowo jika dipasang sebagai capres. Jika dibalik Prabowo menjadi capres dan Jokowi menjadi cawapres, maka pasangan ini memperoleh 8,2%.

Kemudian, jika Prabowo dipasangkan dengan Wiranto, maka hanya mendapat 6,5%. Angka itu terus menurun hingga di bawah 5% jika Prabowo dipasangkan dengan tokoh lainnya, seperti Jusuf Kalla, Abraham Samad, maupun Anies Baswedan.

Masih kurang? Tengok saja survei popularitas yang dilakukan Soegeng Sarjadi School of Government (SSSG). Hasilnya, Jokowi tetap menjadi tokoh paling populer di tahun 2013--meski tahun ini belum habis.

Dalam survei yang dilakukan pada 3 sampai 22 Juni 2013 ini, Jokowi dipilih oleh 25,48%, disusul Prabowo 10,52%, Jusuf Kalla 5,69%, dan Aburizal Bakrie 4,23%. Jajak pendapat ini melibatkan 2.450 responden di 10 kota besar  dengan tingkat keyakinan 99% dan sampling error 2,61%.

Ya, popularitas dan elektabilitas Gubernur DKI Jakarta ini dalam sejumlah survei memang tidak terbantahkan. Bahkan, peneliti CSIS J Kristiadi memprediksi Jokowi akan tetap menang, siapapun pendampingnya. Bahkan jika berpasangan dengan daun sekaligus.

Tak hanya survei yang ilmiah. Ramalan pun menyebut pria 52 tahun ini bakal menerima tampuk kekuasaan di Indonesia. Itu kata sejumlah budayawan dan sejarawan. Rohmad Hadiwijoyo misalnya.

Rohmad menduga Jokowi berasal dari keturunan Mataram. Dia juga mengklaim, pemimpin Indonesia akan selalu berasal dari keturunan tiga kerjaaan besar yakni Mataram, Majapahit dan Demak. Karena tiga kerajaan ini sudah mengenal demokrasi sejak puluhan abad sehingga memahami sosok pemimpin yang diidamkan rakyatnya.

"Kalau sudah Majapahit, biasanya presiden kita ganti dari keturunan Mataram, kalau sudah Mataram ganti kerajaan Demak. Karena mereka manunggaling Gusti (berketuhanan). Nah, Jokowi dari Mataram. Dulu Habibie hanya singgah saja sebentar," ujar Rohmad dalam diskusi politik di SSSG, Jakarta, Rabu 24 Juli.

Jokowi Merendah

Namun Jokowi tak pongah dengan berbagai survei yang mengunggulkannya itu. Jokowi minta tak didorong-dorong maju sebagai capres. Sambil bercanda, suami Iriana ini menanggapi pernyataan J Cristiadi yang menyebutnya akan terpilih meski hanya dipasangkan dengan daun.

"Ya, itu daun apaan dulu?" ujar Jokowi sambil tertawa di Balaikota, Jakarta, Kamis (25/7/2013). "Godong (daun) apa? Itu godong apa emangnya?" candanya.

Jokowi mengaku tak tertarik mengikuti laga pilpres. Jokowi hanya ingin berkonsentrasi pada tugasnya saat ini sebagai Gubernur DKI Jakarta.

"Jadi gini ya, saya nggak mikir tentang pilpres. Saya cuma mau fokus sama pekerjaan saya saja. Jangan dorong-dorong," tegasnya.

Jokowi pun tak mau latah ikut-ikutan mendeklarasikan diri sebagai capres seperti Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie maupun Ketua Umum Hanura Wiranto. Menurutnya, terlalu pagi untuk mendeklarasikan diri sebagai capres maupun cawapres.

"Misalnya, partai dapat atau lolos saja kan belum jelas, tapi sudah mencalonkan. Kalau cuma dapat 5 persen, siapa yang mau mencalonkannya?" ucapnya. "Jadi calon saja, nggak dicalonkan. Apa nggak ngenes nanti?" cetusnya.

Dia mengaku heran dengan sejumlah tokoh lain yang menyatakan niatnya untuk maju sebagai capres atau cawapres meskipun mereka belum tentu dicalonkan. "Sekarang banyak orang mencalonkan, padahal yang mencalonkan itu belum tentu dicalonkan," ujar Jokowi

Lantas apakah karena alasan itu Jokowi enggan untuk melaju sebagai capres meskipun namanya kerap muncul sebagai tokoh terfavorit? "Saya katakan, saya tidak mikir, saya mau fokus ke pekerjaan saya sebagai Gubernur DKI," tegas Jokowi.

PDIP Siaga

PDIP terus memantau hasil berbagai survei itu. Saat ini, partai pimpinan Megawati itu mencermati langkah demi langkah untuk mengambil keputusan akhir.

"Kami cermati step by step sampai kapan PDI Perjuangan menentukan di satu titik. Lembaga survei bukan jadi alat mengambil keputusan partai. Dan Jokowi akan kami pantau terus," kata Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo.

Tjahjo berharap elektabilitas Jokowi tetap tertinggi dibanding calon presiden lainnya, dan ke depan diharapkan terus konsisten meski ia meyakini bahwa hasil survei tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur.

"Jadi saya kira tunggu waktu yang tepat bagaimana hasil surveinya nanti. Dan hasil survei bukan menjadi tolok ukur. Partai yang cerdas tidak akan meninggalkan aspirasi yang diharapkan masyarakat," tambahnya.

Meski demikian, PDIP enggan mendeklarasikan capresnya jauh-jauh hari, seperti yang dilakukan partai lainnya. PDIP sengaja tidak cepat deklarasi capres karena ini berkaitan dengan pemilihan pemimpin," ujar Tjahjo.

Alasan lain penundaan pengumuman saat ini, lantaran PDIP tengah membangun komunikasi politik dan koalisi dengan partai lain. Langkah ini guna mempersiapkan kandidat yang bakal diusung.

"Kita bangun komunikasi dengan parpol lain. Untuk nantinya, tidak akan persoalkan posisi capres ataupun cawapres. Hal ini sudah kami intensifkan," imbuh Tjahjo. (Eks)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini