Sukses

`Jokowi itu Senyumnya Unik, Beda dengan SBY`

Pak Jokowi itu senyumnya unik, berbeda dengan Pak SBY.

Pemilu Presiden 2014 merupakan kesempatan besar bagi Gubernur DKI Joko Widodo alias Jokowi untuk meraih suara tertinggi. Saat ini Jokowi tengah memiliki kekuatan persepsi atau opini publik sehingga memiliki dukungan tinggi.

Hal itu disampaikan pengamat politik Hanta Yudha di sela-sela diskusi bertema 'Dinamika Politik Menjelang Pemilu 2014' di Galery Cafe, Cikini, Jakarta, Rabu (3/7/2013).

"Sekarang eranya Jokowi. Seperti momentumnya SBY pada 2004. Semua juga melakukan gonti-ganti politik, pak Dahlan, Mahfud MD juga. Semua sudah membuat, cuma Jokowi yang dentumnya kuat. Semua sudah mencoba," ujar Hanta.

Menurut Hanta, karakter pemilih Indonesia pendek ingatan dan pemaaf serta tidak melihat prestasi suatu Partai Politik (parpol) tertentu. Sehingga momentum menjadi penting. Saat ini Jokowi sangat menarik dan memiliki momentum kuat.

"Pak Jokowi itu senyumnya unik, berbeda dengan pak SBY. Apalagi kalau menggunakan pendekatan psikologi. Momentum Jokowi ada di 2014, 2019 itu bisa jadi ada orang lain. Kalau 2019 belum tentu, karena belum tentu dia bisa bawa Jakarta lebih baik karena berat. Jadi tidak panjang mengidolakan," paparnya.

Di dalam politik elektoral, lanjut Hanta,  persepsi dan opini publik adalah panglima. Jadi siapa yang menguasai opini publik dialah yang memenangkan politik. Berbeda dengan hukum, harus ada fakta dan bukti.

"Kalau politik adalah persepsi, Jokowi memenangkan persepsi publik. Tapi dalam persepsi pubik Jokowi otentik. Misalnya Jokowi blusukan ke warteg bisa jadi beneran, kalau SBY blusukan belum tentu. Tapi sama-sama blusukan," katanya mencontohkan.

Kinerja Jokowi yang belum terlihat signifikan, menurut Hanta, tidak berpengaruh terhadap pemilih khususnya di kalangan bawah. Sebaliknya, di kalangan menengah ke atas kemungkinan menjadi pertimbangan politik.

"Kalau tidak mengagap penting itu tidak berpengaruh. Tapi kalau kekompok menengah atas itu mempengaruhi, tapi bagi kalangan bawah variable ini tidak digunakan," jelas Hanta.

Namun majunya Jokowi sebagai capres pada Pemilu 2014 tergantung izin dari Ketua Umum PDIP, Megawati. "Kalau Prabowo tinggal membutuhkan konsolidasi," tutup Hanta. (Sul/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.