Sukses

Pengawalan Paspampres ala Jokowi

Pengawalan yang ketat dari paspampres, membuat presiden terpilih Jokowi khawatir tak bisa blusukan. Bagaimana ia menyiasatinya?

Liputan6.com, Jakarta - Oleh: Luqman Rimadi, Sugeng Triono, dan Edward Panggabean

Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo terlihat lebih ramai ketimbang hari biasa. Sejumlah personel Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang mengenakan kostum batik tampak berjaga-jaga.

Tak hanya itu, mobil Paspampres berjenis jip terparkir di halaman rumah tersebut. Motor-motor tim penembak jitu dan kendaraan tempur barracuda terlihat siap mengamankan keselamatan sang presiden terpilih tersebut.

Hari itu, Sabtu 23 Agustus 214, Jokowi akan menghadiri halal bi halal dengan relawannya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ini menjadi momen pertama mantan Walikota Solo itu merasakan pengamanan dari pasukan Paspampres.

Selama perjalanan, mobil Mercy yang ditumpangi Jokowi ditempel ketat oleh iring-iringan kendaraan Paspampres dan beberapa unit pasukan motor. Iring-iringan rombongan itu kian mengular dengan ditambah konvoi mobil dari media.

Meski menumpangi mobil mewah, Jokowi mengaku biasa saja. Dirinya merasa nyaman dengan semua jenis kendaraan yang diberikan. "Mau pakai becak nyaman, pakai Bajaj juga nyaman. Pakai Kijang nyaman, pakai Mercy nyaman," ucap dia.

Dia menuturkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pengawalan Paspampres menuntutnya meninggalkan mobil Innova. Sebab, kendaraan yang ditumpangi presiden dan wakil presiden harus antipeluru dan memiliki laju kecepatan tertentu. "Standarnya harus antipeluru," tegas Jokowi.

Jokowi mengungkapkan, mobil Mercy yang difasilitasi Sekretariat Negara ini adalah kendaraan lama yang digunakan presiden sebelumnya. "Itu mobil lama. Yang kita naiki tadi mobil tahun 2008," pungkas Jokowi.

Suasana yang sama terlihat di kediaman wakil presiden terpilih Jusuf Kalla di Jakarta Selatan. Sejak pagi, Jalan Brawijaya yang berada tepat di depan rumah itu ditutup. Pengamanan di tempat ini lebih ramai ketimbang kediaman Jokowi. Sebanyak 38 anggota Paspampres dan 35 personel Brimob bersiaga di rumah pribadi JK.

Pagi itu, JK pun mengikuti apel pagi dengan Paspampres dan Brimob yang mengawalnya. Lantas bagaimana komentar JK. "Ya sah-sah saja, kan saya 5 tahun. Perasaannya apa? Jakarta kok tidak macet. Ha...ha..ha," kata JK sembari berkelakar.

Usai apel, JK pun beraktivitas dengan pengawalan barunya.

Pengamanan VVIP itu resmi diberlakukan sejak Jumat 22 Agustus 2014 usai MK menolak gugatan Prabowo-Hatta. KPU pun melakukan serah terima pengamanan dari Polri ke TNI.

"Menindaklanjuti Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2004, pengawalan dan pengamanan presiden dan wakil presiden oleh TNI dan akan dijalankan oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) sesuai prosedur yang telah ditentukan," kata Ketua KPU Husni Kamil Manik di Jakarta, Jumat 22 Agustus 2014.  

Meski begitu, hingga Jumat pukul 15.00 WIB, pengamanan Jokowi masih dipegang Polri. Hal ini menyusul belum diadakannya pembicaraan antara pihak Jokowi dengan Paspampres terkait model pengamanan.

"Wong namanya itu (Paspampres) kan kita yang ngatur. Masa saya yang diatur Paspampres. Masa saya yang diatur protokol. Nggak kebalik?" tanya Jokowi.

Tawar-menawar

Fasilitas pengawalan Paspampres tak membuat Jokowi merasa lega. Sebab pria yang gemar ber-blusukan ria itu mengaku hobinya akan terancam oleh pengawalan yang super ketat.

Untuk itu, Jokowi mengaku telah bertemu dengan komandan Paspampres agar pengawalan yang diberikan tak terlalu rumit. Hasilnya, dari jumlah normal rombongan sebanyak 22 mobil disepakati mengecil namun tetap pada standar keamanan yang ada.

"Setelah hitung, hitung, hitung, ketemu. Akhirnya disepakati 7 mobil patwal. Kedua ada, dan yang ketiga baru kita (mobil yang ditumpangi Jokowi)," jelas dia.

Meski begitu, Jokowi menyatakan formasi ini masih dalam tahap uji coba. Pihaknya masih akan mengurangi jumlah kendaraan yang mengawal dan personel Paspampres jika hal itu masih dianggapnya terlalu ketat.

"Paspampres sudah ngerti, beliau bilang 'Bisa Pak. Ndak apa-apa Pak, yang paling penting beritahukan kepada kami'," imbuh dia.

"Terus saya bilang, kalau mendadak, spontan gimana? Mereka bilang, 'Ndak apa-apa Pak'," tutur Jokowi.

Meski memiliki gaya memimpin yang agak berbeda dengan presiden pada umumnya, Paspampres mengaku siap menjalankan tugasnya menjaga Jokowi yang terkenal kerap melakukan kegiatan di luar protokoler itu.

"Tidak (kesulitan). Kita punya pengalaman beberapa presiden. Kita ingat dulu Bapak Gus Dur dan Pak Habibie, kami menyesuaikan dan beradaptasi dengan kegiatan tersebut," ujar Asisten Operasi Komandan Paspampres Kolonel A Budi Handoyo di Kantor KPU, Jakarta, Jumat 22 Agustus 2014.

Menurut Budi, Paspampres akan tetap fleksibel dalam menjalankan tugas mengamankan orang nomor 1 di Indonesia. "Namun tidak menghilangkan dari standar maksimum," imbuh dia.

Mengenai jumlah personel yang akan mengawal presiden, pihaknya akan menyesuaikan dengan kegiatan yang akan dijalani Jokowi nanti. "Sesuai dengan tingkat kegiatan, bisa lebih banyak, sedikit, tergantung kegiatannya besar atau kecil," tandas Budi Handoyo.

Personel Terbaik

Tak mudah bergabung dalam pasukan elite ini. Mereka harus sudah menjalani seleksi ketat sejak 6 bulan lalu dari sejumlah kesatuan TNI seperti Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dan Bravo dari TNI Angkatan Udara yang tersebar di seluruh Indonesia.

Menurut Asisten Operasi Komandan Paspampres Kolonel A Budi Handoyo, pasukan ini memiliki kelebihan tertentu dalam menjalankan tugasnya mengawal kegiatan presiden dan wakil presiden.

"Mereka dipilih mulai dari kesehatan, psikologi, kemampuan fisik, kemudian keterampilan menembak, berenang, kemudian kemampuan lari, sudah terpilih semua itu," ujar Budi di Kantor KPU, Jakarta, Jumat 22 Agustus 2014.

Budi menjelaskan, selain melalui seleksi yang sangat ketat, para pengawal Kepala Negara ini juga sempat mengenyam pendidikan militer di Korea Selatan selama 3 pekan.

"Betul, kita juga kan sharing menimba ilmu di sana. Pendidikan bisa menambah ilmu. Tidak ada salahnya kita sharing perbandingan untuk meningkatkan ilmu," katanya.

"Intinya prajurit-prajurit terbaik dari TNI yang kita pilih untuk disiapkan," lanjutnya.

Sementara itu, salah satu anggota Paspampres, Pratu Reynold mengaku bangga bisa turut ambil bagian dalam mengawal kegiatan Presiden. Menurut dia, apa pun tugas yang akan diberikan negaranya, ia dan rekan-rekan selalu siap menjalankan sebaik mungkin.

"Ya bangga, untuk keluarga bangga untuk diri sendiri bangga, apalagi kalau kita sudah punya istri, anak, punya cerita," kata prajurit asal Nusa Tenggara Timur itu.

Mereka yang mendapatkan fasilitas pengamanan Paspampres ini, seperti dikutip paspampres.mil.id, adalah Presiden RI beserta keluarga, Wakil Presiden beserta keluarga, dan tamu Negara setingkat kepala Negara atau kepala pemerintahan, beserta keluarga mereka yang berkunjung ke Indonesia.

Operasi pengamanan VVIP dilakukan mulai dari pengamanan langsung jarak dekat, pengamanan instalasi yang digunakan VVIP, pengamanan perjalanan, makanan serta medis hingga penyelamatan VVIP dalam kondisi darurat.

Mengingat tanggung jawab yang begitu besar, segala kemungkinan ancaman dan kesalahan akan diantisipasi semaksimal mungkin. Karena itu, dalam operasi pengamanan, Paspampres berkoordinasi dengan unsur Polri dan TNI di lokasi yang dikunjungi VVIP.

Ada 3 lapis penjagaan dalam operasi pengamanan presiden dan wakil presiden. Yaitu pengamanan terdalam berada di Ring 1. Yaitu objek yang berada paling dekat dengan VVIP. Lapis penjagaan selanjutnya disebut Ring 2 dan Ring 3, dilakukan oleh unsur Polri dan TNI yang berwenang.

Dalam kondisi darurat, yakni saat keselamatan jiwa VVIP dalam bahaya, tim penyelamatan selalu bersiaga mengamankan VVIP menghindari ancaman. Kemudian secara simultan, para pengawal pribadi itu akan melindungi VVIP dengan tubuh mereka.

Melindungi simbol negara memang merupakan tugas berat, namun di sana juga terdapat kemuliaan bagi para abdi negara yang mengemban tugas tersebut. (Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.