Sukses

Fadel Golkar: Hasil Survei Internal dan Charta Politika Mirip

Fadel menilai, Pilpres 2014 ini merupakan Pilpres yang paling seru dan menarik sepanjang sejarah.

Liputan6.com, Jakarta - Survei terbaru Charta Politika mengungkap elektabilitas pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) masih menggungguli Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Elektabilitas Jokowi-JK tercatat 49,2%, sementara Prabowo-Hatta hanya 45,1%.

Merespon hasil survei tersebut, tim pemenangan ‎Prabowo-Hatta Fadel Muhammad menilai, temuan Charta Politika tidak jauh berbeda dengan survei internal yang digelar pihaknya.

"Saya rasa temuan Yunarto (Direktur Eksekutif Charta Politika) tidak mengejutkan. Tidak beda jauh dengan survei internal kami, hanya beda di sini, yang belum menetukan pilihan di kita jumlahnya 15%, sedangkan survei di Charta Politika 17%, tipis bedanya," ucap Fadel di Cikini, Jakarta Pusat, selasa, (8/7/2014).

Guna menarik 15% massa yang belum menentukan pilihan itu, Fadel mengungkapkan, pihaknya telah mengerahkan seluruh kekuatan untuk menjaring suara tersebut.

"Kita sudah kerahkan teman-teman, untuk masing-masing jaga pos, suara-suara yang belum menentukan pilihan 15%. Itu harus dijaga, hingga suara tersebut pada 9 Juli nanti, ketika di depan bilik suara,  lari (memilih) ke tempat kita," ucapnya.

Fadel menilai, Pilpres 2014 ini merupakan Pilpres yang paling seru dan menarik sepanjang sejarah berdirinya Republik Indonesia. Prosesnya yang cukup rumit dan partisipasi langsung masyarakat, membuat Pemilu di Indonesia melalui proses yang sangat demokratis.

"Pemilu kali ini paling seru. Pemilu Legislatif paling sulit sekali, mesti promosikan nama dan partainya. Dan ini paling seru, menarik, karena partai-partai itu yang menentuka pilihan. Tinggal 2 yang besar, Prabowo dan Jokowi. Ini sudah seperti di Amerika Serikat, demokrasi di kita sangat bagus," ucapnya.

Mantan Menteri Kelauatan dan Perikanan itu juga menilai, walau banyak lembaga survei yang merilis siapa yang akan memenangkan Pilpres besok, namun tidak ada satu pun yang dapat memastikan siapa yang akan keluar menjadi pemenang.

Hal itu, kata Fadel, berbeda saat pemerintahan Orde Baru, yang dalam waktu beberapa bulan sebelum Pemilu, masyarakat sudah dapat memprediksi siapa yang keluar sebagai pemenang. "Saya akhiri ini pertarungan politik luar biasa, belum pernah sedahsyat ini."
"Tanda sebuah negara demokratis, apabila capres-cawapresnya tidak bisa pastikan sampai sehari jelang Pemilu digelar. Berbeda dengan masa Orde Baru dulu. Siapa presidennya, masyarakat pasti tahu, siapa yang akan menang," sambungnya.

Sementara Yunarto menjelaskan, riset kali ini adalah survei opini publik skala nasional yang dilaksanakan selama 3-6 Juli 2014, melalui wawancara tatap muka (face to face interview). Populasi survei adalah seluruh warga Indonesia yang telah mempunyai hak pilih dalam Pemilu atau telah berusia 17 tahun ke atas ketika survei dilakukan.

Jumlah responden pada survei ini sebanyak 1.200 orang yang tersebar di 33 provinsi, dengan margin of error (MoE) atau tingkat kesalahan sebesar plus minus 2,83% pada tingkat kepercayaan 95%.

"Sampel dipilih sepenuhnya secara acak dengan menggunakan metoda penarikan sampel acak bertingkat atau multistage random sampling dengan memperhatikan karakter urban atau rural serta proporsi antara jumlah sampel pemilih di setiap Provinsi," jelas Yunarto

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini