Sukses

Polda DIY Antisipasi 191 TPS Rawan

Terdapat 8.354 lokasi Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang ada di DIY.

Liputan6.com, Yogyakarta - Dari 8.354 lokasi Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang ada di DIY, terdapat 191 wilayah yang masuk kategori rawan konflik. Kabid Humas Polda DIY Anny Pudjiastuti mengatakan, 191  TPS itu tersebar di wilayah DIY. Tempat yang rawan tersebut dikategorikan dalam rawan I dan rawan II.

“Kerawanan di sebuah TPS itu kami nilai terkait lokasinya. Untuk rawan II dikarenakan di lokasi tersebut pernah terjadi gesekan atau konflik, sudah reda namun berpotensi muncul kembali. Sementara untuk kategori rawan I TPS yang  pernah terjadi gesekan namun sudah reda,” kata Anny, DIY, Selasa (8/7/2014).

Anny menerangkan, wilayah rawan II ada 4 titik. Sementara sisanya 187 TPS berada di kategori rawan I. Untuk TPS rawan II misalnya berada di daerah Tegalrejo dan Ngabean karena di wilayah ini ada pendukung capres yang sama-sama kuat. Selain itu di wilayah ini juga mempunyai sejarah rawan konflik antar basis partai sejak lama.

Sementara untuk TPS rawan I, Anny mencontohkan di Jogotirto dan Sleman, sebab pernah terjadi konflik saat Pileg lalu meski saat ini sudah kembali reda. Tahapan pemungutan dan perhitungan suara di TPS adalah tahapan Pemilu yang paling krusial dan rawan konflik.

Selain itu, kata Anny, komplain warga yang tidak dapat menggunakan hak suaranya dan protes terhadap jalannya perhitungan suara juga menjadi poin penting antisipasi terjadinya kerawanan konflik.

“Semua potensi itu harus benar-benar mampu dideteksi, diantisipasi dan ditanggulangi dengan tepat dan komprehensif dengan melibatkan kerjasama KPU, Bawaslu, Panwaslu, KPPS, TNI dan Parpol,” ujar Anny.

Antisipasi Kerusuhan

Sementara Kapolda DIY Haka Astana mengatakan, untuk basis massa dua partai politik yang lama berseteru sejak 1971, pihaknya akan menyiapkan pengamanan khusus saat pencoblosan maupun masa tenang. Kawasan Parkir Ngabean menjadi tempat yang sering terjadi konflik.

"Apa ya bisa saya katakan rivalitas dua partai politik lama yang ada di Yogyakarta. Itu sebetulnya. Jadi sejak 1971 sampai sekarang itu ya 2 partai politik ini. 97 saya sudah di sini, 71 saya masih SMP juga monitor sampai kemarin itu ya karena itu sebetulnya," ujar Haka usai pertemuan dengan Sultan Hamengkubuwono X di Kepatihan, Selasa (8/7/2014).

Beberapa waktu terakhir di DIY muncul konflik saat kampanye dua partai politik yang ada. Beberapa tempat seperti di Ngabean Yogyakarta menjadi basis dua massa partai politik berwarna hijau dan merah. Bahkan, di Ngabean ini sudah ada perjanjian antara kedua basis massa.

Menurut Haka, selain antisipasi konflik antara dua basis massa dua partai politik itu, pihaknya juga antisipasi saat pencoblosan baik terkait logistik maupun lokasi TPS bagi mahasiswa. Seperti di Sleman, ada beberapa tempat yang rawan terjadi konflik karena kurangnya surat suara. Seperti di kawasan Seturan, Babarsari di mana mayoritas penduduknya adalah mahasiswa dari luar daerah.

"Kerawanan TPS dari KPU sudah sampaikan ada tambahan A5 maupun tambahan yang lain. Pergeseran mahasiswa juga ada. Juga signifikan sekitar 6 ribu di wilayah Sleman. Kartu suara cadangan 2% sudah diletakkan dan dibagikan oleh KPU dan jajarannya."

"Jangan sampai sudah datang ke lokasi lalu kartu suara habis. Ini mengundang kerawanan karena ada tambahan-tambahan tadi jumlah pesertanya," sambung Haka.

Untuk itu, kata Haka, pihaknya telah menyiapkan petugas kepolisian sebanyak 6.564 personel khusus di TPS. Polda akan menerapkan beberapa pola pengamanan. Termasuk TPS dengan kategori VVIP dan VIP, baik dari pejabat pemerintah maupun mantan pejabat negara.

"Pola pertama dua anggota Polri dibantu 10 Linmas mengampu 5 TPS. Pola kedua 2 polri 4 Linmas dan 2 TPS. Dan terkahir hanya beberapa biji saja dikota itu ada 4. 2 Polri 2 Linmas 1 TPS," jelas Haka.

Selain itu, imbuh Haka, selama Pilpres 2014 Polda juga antisipasi kerawanan kriminalitas. Salah satunya pencurian motor, khususnya di wilayah perbatasan DIY.

"Ada curanmor ada 4 di perbatasan-perbatasan. Patroli dengan TNI juga kita lakukan," pungkas Haka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini