Sukses

Jadi Rebutan Saat Pemilu, Ponpes Minim Perhatian Pemerintah

Meski memiliki sejarah penting, sayang, sekolah swasta khususnya pondok pesantren, tak kunjung mendapat banyak perhatian dari pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta - Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH Salahuddin Wahid, mengatakan boleh-boleh saja menjadikan 1 Muharram sebagai Hari Santri. Namun, kata adik almarhum Presiden Gus Dur ini, hal itu harus disertai dengan pembuatan kebijakan untuk memajukan pesantren di Indonesia.

"Bagus-bagus saja, tapi itu kan hanya simbol, yang penting itu apa kebijakan dan programnya untuk memajukan pesantren," kata Salahuddin yang akrab disapa Gus Sholah kepada liputan6.com, Selasa (1/7/2014), di Jakarta.

Sebelumnya calon presiden Joko Widodo menjanjikan akan menjadikan 1 Muharram sebagai Hari Santri. Namun pernyataan Jokowi ditanggapi negatif oleh politisi PKS Fahri Hamzah. [Baca: Hina Jokowi, Fahri Hamzah Didemo Santri se-Indonesia].

Hina Jokowi, Fahri Hamzah Didemo Santri se-Indonesia

- See more at: http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2071125/hina-jokowi-fahri-hamzah-didemo-santri-se-indonesia#sthash.Jq6c8XeR.dpuf

Selama ini kata Gus Sholah, lembaga pendidikan swasta, terutama pondok pesantren, kurang mendapat perhatian pemerintah. Sehingga banyak pesantren terbelakang. Padahal setiap pemilu, para calon presiden dan calon wakil presiden selalu berebut untuk mendatangi pesantren guna mendapatkan dukungan para kiai dan santri. 

Bagaimanapun, ujar Gus Sholah, pesantren merupakan tonggak pendidikan di Indonesia. "Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Usianya ratusan tahun, bahkan sebelum Belanda datang, yang mendidik bangsa Indonesia adalah pondok pesantren," papar mantan wakil Ketua Komnas HAM itu.     

Pendidikan di Indonesia kemudian mengikuti Belanda setelah bangsa kolonial itu menjajah tanah air. "Setelah merdeka, Indonesia mewarisi pendidikan Belanda," kata Gus Sholah, 

Melalui kesepakatan yang dibuat Menteri Agama dan Menteri Pendidikan pada 1950-an, pendidikan di Indonesia kemudian mengharuskan adanya pelajaran agama di sekolah.

Meski memiliki sejarah penting, sayang, sekolah swasta khususnya pondok pesantren, tak kunjung mendapat banyak perhatian dari pemerintah.

Banyak guru sekolah swasta yang jumlahnya sekitar 35 persen, kata Gus Sholah, memiliki mutu dan kesejahteraan yang kurang. "Kewajiban pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka," ujarnya.  

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pesantren Tertua di Indonesia

Pesantren Tertua di Indonesia

Seperti diungkapkan Tokoh Nahdlatul Ulama (NU), KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah, bahwa tonggak dasar pendidikan di Indonesia adalah berasal dari pondok pesantren.

Beberapa pondok pesantren tertua di Indonesia yang ikut andil mendidik anak bangsa yakni Pondok Pesantren Sidogiri. Dilansir dari situsnya sidogiri.net, pada 12 Juni lalu pesantren yang dipimpin Baharuddin Thoyyib ini merayakan hari jadinya yang ke 277. Pondok pesantren ini terletak di Pasuruan, Jawa Timur. Terdapat dua versi tentang tahun berdirinya Ponpes Sidogiri, yakni 1718 atau 1745.

Pesantren tertua lainnya yakni Pondok Pesantren Jamseran. Berdiri sejak 1750 di Jalan Veteran 263 Serengan, Solo, Jawa Tengah. Ponpes ini didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IV.

Ada juga Pondok Pesantren Miftahul Huda, didirikan pada 1768 di Gading Malang, Jawa Timur. Di Cirebon, Jawa Barat, ada Ponpes Buntet, berdiri pada 1758. Kemudian di Pamekasan Madura, Jawa Timur, ada Ponpes Darul Uulum, berdiri pada 1787.

Ponpes lainnya yang juga berumur tua yakni Ponpes Langitan. Berdiri pada 1852, di Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.