Sukses

Cibiran Ruhut untuk Jokowi Sebelum Balik Mendukung

Kini Ruhut berbalik 180 derajat. Pemeran Poltak dalam sinetron Gerhana itu mendeklarasikan dukungannya untuk Jokowi-JK.

Liputan6.com, Jakarta - Juru bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul dikenal sebagai politisi yang kerap mencibir capres dari PDIP Jokowi. Bukan hanya saat Pilpres 2014 saja, tapi sudah sejak Jokowi mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Kini Ruhut berbalik 180 derajat. Pemeran Poltak dalam sinetron Gerhana itu mendeklarasikan dukungannya untuk Jokowi yang kini berpasangan dengan Jusuf Kalla dalam Pilpres 2014.

Pilihannya jatuh kepada Jokowi-JK karena kecewa atas sikap partai-partai koalisi yang tak mendukung SBY sepenuh hati. Terlebih, Prabowo menyebut ada kebocoran anggaran, padahal di hadapan ratusan pengurus Demokrat, pasangan nomor urut 1 itu berjanji meneruskan program SBY.

"Mereka kan didukung partai koalisi pemerintahan sekarang, tapi malah nyerang kita dengan sebut bocor. Seharusnya, dia (Prabowo) berkaca dan tanya dulu ke Pak Hatta bagaimana," ujar Ruhut dalam keterangannya di Jakarta.

Berikut, cibiran-cibiran Ruhut kepada Jokowi yang dirangkum Liputan6.com, Senin (23/6/2014):

Raja Pencitraan..

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Raja Pencitraan

Raja Pencitraan

Pada November 2013, Ruhut Sitompul bicara terkait dugaan upaya penurunan citra Gubernur DKI Jakarta Jokowi. Ruhut justru menyebut Gubernur bernama lengkap Joko Widodo itu sebagai orang yang gemar mendulang simpati, karena itu ia pantas disebut 'raja pencitraan'.

"Jokowi paling jago memanfaatkan yang gitu-gitu. Dia itu raja pencitraan sedunia. Apapun dia manfaatkan," ujar Ruhut, saat dihubungi di Jakarta, Rabu 20 November 2013 lalu.

Salah satu taktik Jokowi untuk menarik simpati, lanjut Ruhut, yaitu meminta lawan politiknya untuk terus memberikan kritik. Hal itu diakui Ruhut saat bertemu Jokowi.

"Waktu kita ketemu di acara Luhut Pandjaitan, aku cipika-cipiki sama dia. Aku bilang, 'Maaf kalau aku terlalu keras soal Bapak'. Tapi dia menjawab dengan kalem, 'Nggak apa-apa kok, Bang. Mungkin Abang masih kurang keras lagi," tutur Ruhut menirukan pertemuan dengan Jokowi beberapa waktu lalu.

Pada Februari 2014, Ruhut kembali menyebut Jokowi melakukan pencitraan. Hal itu terkait dengan isu-isu penyadapan yang tengah menyerang Joko Widodo.

"Gini bos, orang kalau HP-nya disadap nggak bakal tahu. Kita tahu disadap saja dari Snowden yang membocorkan, atau dari Wikileaks. Ini ujug-ujug bisa tahu disadap," ujar Ruhut di Gedung DPR, Jakarta, Rabu 26 Februari 2014.

Berdasarkan pemikiran tersebut, Ruhut menilai partai oposisi yang menjadi kendaraan politik Jokowi tengah khawatir dengan Partai Demokrat. Untuk menangkisnya, dibuatlah isu penyadapan. "Ini lucu, tiba-tiba bilang saya disadap. Ini pencitraan agar terkesan dianiaya," tegasnya.

Isu tersebut diciptakan karena partai yang kerap menang polling takut tidak berhasil menang pada Pemilu tahun ini. "Kemarin nggak sampai 2 minggu, SBY keliling 2 ribu kilometer ke daerah bencana. Sambutan Pak SBY itu luar biasa. Partai polling tinggi mulai buat isu HP disadap. Biasalah Bos, pencitraan," tutur Ruhut. 

Jokowi Ngaca..

3 dari 6 halaman

Jokowi Ngaca

Jokowi Ngaca

Pada Maret 2014, Ruhut kembali mencibir Jokowi. Kala itu, Ruhut meminta sebaiknya Jokowi sadar bila dirinya hanya sebagai pemanis dalam PDIP untuk mendulang suara pada Pemilu 2014 nanti.

Ruhut menyebutkan, sebenarnya Megawati masih berkeinginan kuat mencalonkan diri jadi presiden pada Pilpres 9 Juli nanti.

"Jokowi masih dikasih beruang madu. Artinya dikasih madunya saja," kata Ruhut kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis 13 Maret 2014.

Ruhut mengumpamakan Jokowi sama dengan Rhoma Irama di PKB. Partai yang ketuai Muhaimin Iskandar itu menggadang-gadang Raja Dangdut maju sebagai capres. Namun pada saat bersamaan, PKB juga menimang-nimang tokoh lain.

"Jokowi sama dengan Rhoma Irama di PKB. Capres nggak coba? Kan nggak. Buktinya PKB masih pinang sana-sini. Kalo aku lihat dia seperti itu, Jokowi ngaca dong! Jabatan hanya dijadikan batu loncatan. Sama seperti waktu di Solo. Jadi lebih baik tuntaskan lah jadi Gubernur Jakarta," jelas Ruhut.

Ruhut juga menyinggung kinerja Jokowi, yang saat ini belum menunjukkan hasil. Menurutnya, janji-janji Jokowi semasa kampanye adalah sesuka hatinya dan tidak dilandasi keinginan kinerja yang kredibel.

"Dia kan kampanye janjinya suka-suka dia. Janji dia Jakarta tak banjir dan tak macet. Kok ditanya Jakarta masih banjir jawabannya dari dulu Jakarta Banjir kok, itu kan nggak bener," cetus Ruhut.

Satu hari setelahnya, Jokowi kembali diminta Ruhut untuk berkaca karena telah mendeklarasikan diri sebagai capres. "Udahlah, udah capek kita, kalian wartawan dipermainkan. Itu membohongi rakyat. Bu Mega itu 10 tahun mau masuk Istana, belum tentu juga kan benar-benar dicapreskan. Jokowi ngacalah... di rumah wajahnya, apa nggak punya kaca? Jangan membohongi rakyat!" cetus Ruhut lewat sambungan telepon kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (14/3/2014).

Jokowi menyatakan dirinya capres PDIP di rumah Pitung kawasan Marunda, Jakarta Utara, Jumat siang ini. Menurut Ruhut, seharusnya bukan Jokowi yang mendeklarasikan, tapi elite PDIP.

"Siapa yang ngomong, siapa yang deklarasikan capres siapa? Jokowi sendiri kan. Itu Jokowi itu galau bos, mestinya Ibu Mega atau paling tidak Puan atau Pak Tjahjo," ujar pria yang juga dikenal dengan nama Poltak itu.

Namun faktanya, memang bukan Jokowi seorang dirinya yang mendeklarasikan sebagai capres. Melainkan para petinggi PDIP, yakni Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo di Kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Lantas dengan ditetapkannya Jokowi sebagai capres, apakah Demokrat terganggu atau posisi partai berlambang mercy itu terancam? "Ya nggaklah bos!" tutup Ruhut. 

Jokowi Anak Kos..

4 dari 6 halaman

Jokowi Anak Kos

Jokowi Anak Kos

Ruhut kembali melancarkan komentar untuk Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Pria yang juga dikenal dengan nama poltak itu menyamakan sosok Jokowi dengan SBY dalam hal kepopuleran.

Ruhut menilai sosok Jokowi saat ini sama seperti dengan SBY saat sebelum menjadi presiden untuk pertama kali hingga saat pencapresannya pada Pemilu 2009. Sama-sama dielukan rakyat, tapi bedanya Jokowi ibarat anak kos di PDIP. Tidak punya partai seperti SBY.

"Ada nggak yang pernah sebersinar SBY di eranya dulu dan Jokowi. Sayangnya Jokowi nggak punya partai. Dia kan anak kos di PDIP. Dia bisa hebat karena PDIP," celoteh Ruhut di Gedung DPR, Jakarta, Jumat 20 Desember 2013.

Ruhut juga berpendapat, Jokowi tidak akan mampu duduk di kursi RI-1 karena ia tidak memiliki partai sendiri, seperti SBY. Ruhut justru lebih setuju Megawati yang jadi Capres PDIP ketimbang Jokowi karena punya partai dan sudah berpengalaman.

"Kalau aku lihat Mega masih mau (nyapres). Mega, kalau nggak Jokowi, ingin Pramono Edhie wapresnya," kata Ruhut sambil tertawa lebar.

Pada 26 Desember 2013, Ruhut Sitompul mengomentari jamuan makan yang digelar Ahok untuk Ketua Umum PDIP Megawati Soekrnoputri dan Jokowi. Saat itu, ia menyatakan Demokrat tidak gentar dengan kedekatan Megawati dengan Jokowi-Ahok. Termasuk jika PDIP mengusung Jokowi dan Ahok dalam Pilpres 2014.

"Bersatu lagi jadi pasangan capres dan cawapres saat pilpres, aku pastikan mereka kalah. Memang Jakarta 1 tahun ini sudah berhasil? Nggak kok, ini reformasi demokrasi, rakyat sudah cerdas," kata Ruhut saat berbincang dengan Liputan6.com di Senayan, Jakarta.

Menurut Ruhut, selama masih ada Megawati, PDIP tak mungkin mengusung Gubernur DKI yang bernama lengkap Joko Widodo itu sebagai capres pada Pemilu 2014. Sebab, figur Megawati yang tak tergantikan di PDIP.

"Gini, ada beberapa partai peserta pemilu. Ada 3 partai yang tidak bisa dinafikkan figurnya. PDIP ada Mega, Gerinda ada Prabowo, Demokrat ada Pak SBY. Hal mustahil saya katakan, ada anak kos on behalf partai, itu nggak mungkin," tegas dia.

'Teori' itu juga berlaku untuk Ahok alias basuki Tjahaja Purnama yang tahun lalu diusung Gerindra mendampingi Jokowi. "Begitu pula Ahok. Ia tidak dilihat sebagai Gerindra, dia dilihat sebagai 'dulunya' pernah jadi kader Golkar," tambah Ruhut.

JK Bikin Stres..

5 dari 6 halaman

JK Bikin Stres

JK Bikin Stres

Saat nama mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK disebut-sebut bakal maju sebagai cawapres pendamping bakal capres PDIP Jokowi, Ruhut menanggapinya dengan sinis.

Ia membeberkan, partai berlambang mercy itu memiliki pengalaman yang kurang mengenakkan selama duet SBY-JK berlangsung. Ketika ditanya mengenai peluang duet Jokowi-JK sebagai capres dan cawapres, Ruhut justru tertawa.

"Capek pokoknya," kata Ruhut di Jakarta, Senin (14/4/2014).

"Pak SBY saja capek bukan main apalagi Jokowi nanti, Jokowi bisa stres sama JK."

Ruhut menuturkan, partainya telah memiliki pengalaman pahit dengan mantan Ketum Partai Golkar itu sejak 2004-2009. SBY sebagai capres dan JK sebagai cawapres. Karena itulah, pada periode 2009-2014, SBY lebih memilih Boediono sebagai cawapres dibanding JK.

Jokowi Gadis Cantik..

6 dari 6 halaman

Jokowi Gadis Cantik

Jokowi Gadis Cantik

Menjelang Pilpres 2014, saat seluruh partai politik mencari pasangan koalisi, Ruhut sempat memuji Jokowi. Ia menilai Jokowi bagaikan gadis cantik.

Banyak orang yang mendekati Gubernur DKI Jakarta tersebut. Dia juga meminta sejumlah pihak jangan menyalahkan Jokowi soal pertemuan dengan sejumlah dubes asing pada Senin malam lalu.

"Jokowi ini gadis cantik yang lagi dideketin. Jadi jangan salahin Jokowinya, memang banyak yang dekati dia kok," ujar Ruhut saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Rabu 16 April 2014.

Ruhut juga mengatakan, pertemuan Jokowi dengan para Dubes juga mirip dengan kemunculan namanya di soal UN. Menurut politisi yang juga berprofesi sebagai pengacara itu, ada pihak yang fanatik dengan Jokowi, sampai-sampai membuat soal tersebut di naskah UN. Oleh karena itu, Ruhut menilai Jokowi tak bisa disalahkan.

"Sama kayak soal UN, mungkin itu yang demen Jokowi si pembuat soal. Yang nggak bagus saya bilang nggak bagus, yang perlu dibela, kita bela bos," tandas Ruhut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini