Sukses

Jokowi: Bukan Ketua Partai yang Jadi Presiden

"Tradisi yang baru harus kita mulai. Seperti partai saya, bahwa yang jadi capres tak harus Ketum Partai," kata Jokowi.

Liputan6.com, Jakarta - Debat capres-cawapres episode perdana yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah memasuki segmen ketiga.

Pada segmen ini, moderator debat capres-cawapres, Zainal Arifin Mochtar, menanyakan apa yang akan dilakukan pasangan capres-cawapres jika terpilih nanti dalam menjaga pemerintahan dari rongrongan parpol pendukung selama masa kampanye yang menuntut balas budi.

Kesempatan pertama diberikan kepada pasangan dengan nomor urut 1, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dengan waktu 4 menit. Kemudian, dilanjutkan kepada pasangan Jokowi-JK memaparkan visi-misinya.

Jokowi mengatakan, yang terpenting untuk menekan tindakan korupsi di lingkungan partai politik adalah membentuk pola rekruitmen baru. Yakni, tak harus punya jabatan tinggi tetapi adalah kader yang terbaik-lah yang akan diberikan tempat.

"Menurut kami yang paling penting, parpol harus merombak sistem pemilihan capres, pilih berdasarkan rekam jejak dan prestasi. Harus ada pola rekrutmen baru," ujar Jokowi di Balai Sarbini, Sudirman, Jakarta, Senin (9/6/2014).

"Tradisi yang baru harus kita mulai. Seperti partai saya, bahwa yang jadi capres tak harus Ketum Partai," ujar capres nomor urut 2 ini.

Karena itu, kata Jokowi, untuk meminimalkan korupsi di lingkungan Parpol, PDIP hanya menggandeng 3 partai politik yakni PKB, Nasdem, Hanura, dalam menyongsong Pemilihan Presiden 9 Juli.

"Kami ingin membangun koalisi ramping. Tak usah banyak parpol. Tapi yang penting dalam kerja mengedepankan rakyat, bukan membagi-bagi kursi menteri. Tapi yang paling penting adalah kerja," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.