Sukses

Maraknya Kampanye Hitam di Dunia Nyata Hingga Dunia Maya

Sejak pemilihan presiden dilakukan secara langsung, pada pilpres kali ini pertarungan berebut suara rakyat berlangsung sangat keras.

Liputan6.com, Jakarta Kampanye hitam baik di dunia maya maupun melalui berbagai media lainnya terus berlangsung menjelang pemilu presiden (pilpres). Cara-cara kotor itu menurut para pengamat politik memang bisa efektif berpengaruh terhadap golongan tertentu.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Kamis (29/5/2014), sejak pemilihan presiden dilakukan secara langsung, pada pilpres kali ini pertarungan berebut suara rakyat berlangsung sangat keras.

Bermacam-macam cara pun dilakukan, mulai dari memanfaatkan media televisi hingga kampanye hitam. Seperti ratusan eksemplar selebaran yang diterima para santri di Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat.

Selain di dunia nyata, dunia maya pun kampanye hitam banyak dilakukan. Salah satunya, calon presiden (capres) Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi yang disebut-sebut sebagai putra seorang pengusaha Cina yang bernama Oey Hong Liong. Bahkan singkatan H di depan nama Jokowi adalah Hebertus dan bukan gelar Haji.

Guna menepis tudingan itu, calon wakil presiden (cawapres) Jusuf Kalla yang juga ketua Dewan Masjid Indonesia sampai meng-upload foto Jokowi sedang menjadi imam salat.

Sementara itu, kampanye negatif juga kerap disuarakan terhadap capres Prabowo Subianto. Mulai dari soal pelanggaran HAM dan aksi penculikan, tidak ada pendamping ibu negara jika kelak menjadi presiden, hingga soal Prabowo yang disebut-sebut memiliki kewarganegaraan Yordania.

Geram dengan kampanye hitam, Partai Gerindra melaporkan kicauan di media sosial Twitter yang disampaikan pemilik akun @samadabraham ke Mabes Polri. Kicauan tersebut berisi ancaman pembunuhan oleh Prabowo terhadap Jokowi. Partai Gerindra menuntut polisi untuk mengungkap siapa sebenarnya pemilik akun tersebut.

Menurut pengamat komunikasi politik, Lely Nacita CF, kampanye hitam yang merupakan propaganda penipuan ini dapat efektif berpengaruh terhadap golongan tertentu karena penyebarannya pun tak hanya lewat dunia maya namun diteruskan dari mulut ke mulut.

Meski begitu, banyak warga mengaku tidak terpengaruh atas kampanye-kampanye yang menjatuhkan calon tertentu itu.

Mendukung calon presiden yang terbaik memimpin Indonesia untuk 5 tahun ke depan sah-sah saja, tetapi tidak dengan cara kampanye hitam, harus tetap saling menghargai dan menjunjung kesantunan. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.