Sukses

Akhir Prahara PPP

Merapatnya PPP ke Partai Gerindra akankah menghasilkan suatu kejutan?

Liputan6.com, Jakarta - Oleh: Moch Harun Syah, Taufiqurrohman, Widji Ananta, Silvanus Alvin, Oscar Ferri, Luqman Rimadi, Edhie Prayitno Ige

Kisruh internal atau prahara di tubuh Partai Persatuan Pembangunan akhirnya menemui titik akhir. Suryadharma Ali dapat membalikkan keadaan dan tersenyum lebar.

Melalui rapat pimpinan nasional atau rapimnas yang berjalan alot selama 2 hari di salah satu hotel bintang 4 di Jakarta, partai berlambang Kabah itu memutuskan arah koalisi.

"Melalui proses sangat panjang akhirnya PPP menetapkan secara bulat bahwa Rapimnas PPP ke-2, secara aklamasi mendukung H. Prabowo Subianto sebagai calon presiden," ucap Suryadharma Ali dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (12/5/2014) dini hari.

Kelincahan Lobi SDA

Kehandalan dan kelincahan lobi Suryadharma yang menjabat Ketua Umum PPP periode kedua ini memang terbukti. "Untuk mencapai kata sepakat kita lakukan skor 3 kali. Dan terpanjang selama 27 jam, skors setengah jam, dan 1,2 jam, dan terakhir 30 menit. Kemudian terbit bulat dari rapimnas," ujar mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tersebut.

Sebelum keputusan arah koalisi diambil, mayoritas dari 33 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP setuju mengusung Prabowo. "20 DPW ke Prabowo. Ada 3 abstain, dan 10 minta musyawarah agar mufakat," beber Wakil Sekretaris Jenderal PPP Syaifullah Tamliha.

Keputusan resmi PPP ini sekaligus mengakhiri perbedaan aspirasi yang sebelumnya juga sempat muncul di kalangan kader partai Islam yang eksis sejak Pemilu 1971 tersebut.

Hingga Minggu malam 11 Mei, internal PPP bahkan masih menggelar rapimnas. Saat itu pembahasan koalisi masih berkutat pada 2 nama, bakal capres PDIP Jokowi dan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra. Di luar itu, nama Aburizal Bakrie capres dari Partai Golkar juga sempat mengemuka.

Jatuhnya pilihan kepada Prabowo pun diterima dengan lapang dada oleh Sekjen PPP Romahurmuziy yang sebelumnya bersama 2 Wakil Ketua Umum PPP yakni Emron Pankapi dan Suharso Monoarfa sempat menggoyang sang ketua umum.

Ketika itu mereka menganggap perilaku SDA yang menghadiri kampanye akbar Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta menjelang Pemilu Legislatif 9 April lalu, menyalahi AD/ART partai. Pernyataan dukungan Suryadharma Ali saat itu bahkan dituding berseberangan dengan tekad para kader partai untuk memenangi pemilu legislatif.

Konflik internal berlanjut. Setelah terjadi saling pecat, kisruh sempat diwarnai aksi penyerangan markas partai oleh salah satu kubu yang bertikai pada Minggu 20 April siang. Sehari kemudian SDA memerintahkan Kantor DPP PPP yang berlokasi di kawasan Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat itu dijaga ketat.

Prahara ini kemudian sempat ditengahi oleh fatwa islah dari Ketua Majelis Syariah DPP PPP K.H. Maimun Zubair pada Selasa 22 April malam. Berselang sehari, Suryadharma Ali pun menghadiri pelaksanaan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) III yang digelar kubu Romi di Hotel Seruni, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Dalam islah tersebut, sambil mata berkaca-kaca SDA menyampaikan maaf dan menyatakan telah melanggar AD/ART partai. Ia juga mengaku bersalah karena telah melakukan manuver politik ke Partai Gerindra tanpa kesepakatan PPP.

Luluhnya Sikap Kubu Romi

Kini giliran sikap Romahurmuziy cs yang luluh. Menurut politisi PPP yang karib disapa Romi, mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) itu dinilai merupakan sosok calon pemimpin yang dibutuhkan Indonesia saat ini.

"Dua calon pemimpin Jokowi dan Prabowo, mereka putra terbaik bangsa. Di puncak keinginan rakyat untuk memimpin negeri ini. Tapi pada saatnya kita harus memilih salah satunya," ucap Romi saat konferensi pers usai Rampimnas II PPP, Senin dini hari.

Romi mengatakan pula, untuk menuju 10 besar ekonomi dunia, dibutuhkan pemimpin yang mempunyai visi jangka panjang, ketegasan. Dan juga pemimpin yang bisa melakukan pembelaan dan moral bangsa.

"(PPP) menjatuhkan pilihannya ke Prabowo karena memiliki kapabilitas dan konsepnya sudah pernah dipaparkan ke fungsionaris PPP. Prabowo juga meminta masukan ke PPP. Jadi adanya pandangan bahwa Prabowo tidak bisa menerima masukan itu salah," ujar Romi.

Dia juga tak peduli dengan isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang kerap kali dituduhkan kepada purnawirawan jenderal bintang 3 tersebut. Baginya, tak cuma mantan Pangkostrad tersebut yang bertanggung jawab atas kejadian itu. Tapi juga banyak perwira lain.

"Kalau kita mau jujur membedah isu HAM, buka fakta dari PBB, ada 2.500 lembar halaman di sana banyak perwira, bukan cuma Prabowo," ucap Romi seraya menambahkan, "Sejumlah perwira tinggi berada di sana untuk bertugas yang diperintahkan negara."

PPP Tambah Kekuatan Gerindra

Dengan bergabungnya PPP, Gerindra dipastikan menambah kekuatan koalisinya. Terutama sebelumnya merangkul Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera. Saat berada di Myanmar, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa selaku Ketua Umum DPP PAN bahkan menegaskan kesiapannya mendampingi Prabowo sebagai calon wakil presiden.

Sinyal pun semakin kuat untuk deklarasi pasangan capres-cawapres Prabowo. Apalagi sebelumnya partai berlambang matahari putih bersinar cerah itu memang mengundang Prabowo menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PAN pada Rabu 14 Mei mendatang.

"Kita juga akan undang Pak Prabowo dalam rakernas nanti. PAN akan mengajukan Pak Hatta sebagai cawapres berpasangan dengan Pak Prabowo," kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu PAN Viva Yoga Mauladi di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu 11 Mei.

PAN sudah menyiapkan Hatta Rajasa sebagai bakal cawapres dan hal ini diperkuat pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo. Kendati demikian, Prabowo sendiri masih merahasiakan siapa gerangan yang akan mendampingi dirinya maju bertarung pada Pilpres 9 Juli mendatang.

Yang terang, Prabowo yang kini genap berusia 62 tahun tentunya tersenyum lebar. Koalisi Tenda Besar yang diidamkan Gerindra segera terwujud.

Hitung-hitungan di atas kertas, sesuai hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum atau KPU, PPP memperoleh 8.157.488 atau 6,53% suara. Kendati tak banyak, bergabungnya PPP telah membuat Gerindra berhasil mengumpulkan 25,93% suara. Gerindra yang memperoleh 14.760.371 atau 11,81 persen suara, sebelumnya telah berhasil menggaet PAN yang memperoleh 9.481.621 atau 7,59 persen suara.

Dengan demikian, jumlah suara koalisi ketiga partai yakni 32.399.480 suara atau 25,93%. Angka ini melebihi syarat presidential threshold atau ambang pencalonan presiden sebesar 25 persen suara nasional atau 20 persen kursi DPR. Dengan demikian bisa melenggangkan langkah koalisi Gerindra untuk mencalonkan Prabowo sebagai presiden dalam Pilpres 9 Juli mendatang.

Jokowi Kecewa?

PPP secara aklamasi mendukung Prabowo sebagai kandidat presiden. Terkait dukungan tersebut, Joko Widodo atau Jokowi selaku capres yang diusung oleh PDI Perjuangan, Partai Nasdem dan Partai Kebangkitan Bangsa itu turut berkomentar. Jokowi yang sempat dikabarkan mendapatkan dukungan dari sebagian DPW PPP yang berada di bawah kubu Sekjen Romahurmuziy itu mengaku menghargai keputusan PPP.

"Ya kita menghargai, kita menghormati keputusan politik apa pun yang sudah diputuskan oleh PPP," ujar Jokowi usai melakukan kunjungan ke lembaga swadaya masyarakat Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) di kawasan Tegal Parang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin 12 Mei.

Jokowi sebelumnya mengaku optimistis, selain mendapatkan dukungan dari PKB, dirinya juga akan disokong partai berlambang Kabah itu. Untuk mengupayakan dukungan itu, Jokowi bahkan harus jauh-jauh harus terbang ke Rembang, Jawa Tengah untuk menemui Ketua Dewan Majelis Syariah DPP PPP K.H. Maimun Zubair atau yang biasa disapa Mbah Moen.

Namun, setelah keputusan rapimnas, PPP justru memilih Prabowo. Apakah Jokowi kecewa dengan keputusan tersebut? "Apa? Kecewa apanya?" cetus Jokowi.

Didukung PPP, Prabowo Sowan ke Tokoh NU

Sebaliknya, setelah resmi didukung PPP, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto terus memperluas basis dukungannya. Kali ini putra mendiang begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo itu sowan ke Kiai Haji Mustofa Bisri alias Gus Mus selaku salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Roudlatul Tholibin, Rembang, Jawa Tengah.

Terkait perkembangan koalisi dengan PPP, menurut Prabowo, saat ini masih terus dibicarakan untuk mencapai kesamaan visi, termasuk soal posisi cawapres. "Mereka tidak minta ya (kursi menteri). Kita lihat nanti. Saya sendiri baru pulang siang ini terus ketemu tokoh-tokoh," kata Prabowo di Rembang, Senin 12 Mei.

Prabowo memilih irit bicara, termasuk saat ditanyakan duetnya dengan Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa. "Masih kita bicarakan. Sabar," kata Prabowo. "Nantilah pada saatnya kita umumkan. Masih dibicarakan, insya Allah," ujarnya.

Wajar memang, bila Prabowo masih merahasiakan nama bakal cawapresnya. Ini mengingat santer diberitakan Prabowo dan Hatta Rajasa akan mendeklarasikan pasangan capres-cawapres pada pekan ini bersamaan dengan Rakernas PAN.

Bila mengacu fatsun dan kesantunan politik, Prabowo tentu tak akan mudah mengabaikan lobi-lobi atau komunikasi intens untuk menjadikan Hatta Rajasa sebagai pendamping. Kendati, Prabowo sebelumnya sempat digadang-gadang berpasangan dengan Suryadharma Ali ataupun Aburizal Bakrie.

Namun, akankah kembalinya PPP ke dalam koalisi besar yang dibangun Gerindra menghasilkan suatu kejutan besar? Kita nantikan saja.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini