Sukses

Demokrat Belum Jalin Koalisi, Nurul Golkar: SBY Masih Bertapa

Partai Golkar masih menunggu gerakan Partai Demokrat untuk menjalin koalisi. Namun, bukan tak mungkin Demokrat membuat poros baru.

Liputan6.com, Jakarta - Partai Golkar menegaskan hingga saat ini tetap membuka diri untuk menjalin komunikasi bagi terbentuknya koalisi dengan partai lain, termasuk dengan Partai Demokrat. Namun, partai berlambang pohon beringin itu masih menunggu gerakan partai yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.

"Semua wait and see. Kita nunggu komunikasi dengan semua, sama Pak SBY juga. SBY masih bertapa gitu ya, nunggu 9 Mei ini," ujar Wakil Sekjen Partai Golkar Nurul Arifin di Jakarta, Rabu (23/4/2014).

Nurul menilai sikap SBY yang sedang bertapa atau menunggu tersebut karena ia tahu posisinya dapat membawa kemenangan. Oleh karena itu, Nurul menilai sah-sah saja SBY tak menghentikan jalannya konvensi capres Partai Demokrat.

Terlepas dari keteguhan hati SBY melanjutkan proses konvensi, Golkar menurut Nurul sebenarnya menaruh minat besar untuk bisa berkoalisi. Namun demikian, Nurul mengembalikan semuanya kepada Partai Demokrat dan SBY.

"Dia tahu posisi Demokrat dan SBY itu penting, dia tak mau terburu-buru. Golkar juga menunggu sikap Demokrat seperti apa. Kalau Demokrat jalan sendiri kita nggak akan maksa, kita ya berharap," tegas anggota Komisi II DPR ini.

Terkait dengan peta koalisi parpol peserta pemilu saat ini, Nurul memprediksi akan ada 4 poros, yakni poros Golkar, PDIP, Gerindra, dan Demokrat. Ia melihat SBY dengan harga dirinya tak akan mau bergabung dengan yang lain.

"Saya pribadi nggak terpaku 3 poros. Saya yakin dengan SBY itu selama karirnya tak pernah jadi staf, ada harga diri tinggi, tak menutup kemungkinan ada poros keempat. Kita jangan terpola dengan 3 poros saja," pungkas Nurul.

Poros Baru

Pengamat politik dari Indo Barometer, M Qodari mengatakan bukan tak mungkin Demokrat membentuk poros baru dengan mengusung tokoh hasil konvensi capresnya.

"Potensi Demokrat memimpin poros tersebut sangat terbuka lebar," ujar Qodari di Gedung DPD, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu siang.

Menurutnya, sosok SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat masih menjadi penentu terbentuknya poros baru itu. Apalagi beberapa petinggi partai yang saat ini perolehan suaranya di bawah 10 persen merupakan mitra koalisi SBY dan duduk dalam pemerintahan.

"Sangat mungkin karena mereka masih menterinya Pak SBY. Pak SBY kan masih presiden incumbent. Kalau misalnya meminta Pak Muhaimin, Pak Hatta, Pak SDA, dan PKS untuk bergabung, saya kira sangat berpengaruh," urai Qodari.

Meski hanya memperoleh suara tidak lebih dari 10 persen, Partai Demokrat memang telah memutuskan untuk tetap melanjutkan penjaringan capres melalui sistem konvensi. Mungkin hal ini yang membuat Demokrat tidak begitu antusias mencari rekan koalisi karena ada kemungkinan sedang membuat poros baru.

"Jadi Demokrat sudah memutuskan konvensi lanjut, finalisasi, akan ada debat terakhir hari minggu, kemudian survei, lalu MT (Majelis Tinggi) akan mengambil keputusan," ujar Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Jero Wacik di Istana Negara, Jakarta, Selasa kemarin.

Dia menegaskan, pemenang konvensi Demokrat akan diusung sebagai capres dan partainya tidak akan mengajukan calon tersebut kepada partai lain. "Jadi kita kan punya konvensi sendiri, ngapain ditawar-tawarkan ke partai lain," ujar Jero.

Menurut Jero, perolehan suara Demokrat yang tidak memenuhi syarat presidential threshold dengan perolehan suara Pileg lebih dari 20%, tidak membuat partainya urung mengusung capres.

"(Partai) yang 11 persen saja berani kok, kita 10 persen hanya beda satu persen apa jauh," kata Jero.

(Shinta Sinaga)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.