Sukses

<i>Chemistry</i> Koalisi Parpol

Sejumlah partai mengaku memiliki chemistry untuk membangun koalisi usai Pileg 2014. Partai mana saja yang cocok chemistry-nya?

Liputan6.com, Jakarta - Oleh: Sugeng Triono, Edward Panggabean, Fathi Mahmud, dan Muhammad Ali

Selepas maghrib Kamis 17 April 2014, kediaman pengusaha Ratna Hasyim Ning di kawasan Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat, ramai disambangi sejumlah tokoh dari ormas maupun parpol Islam. Mereka merapat untuk membahas tentang kemungkinan terjalinnya koalisi parpol yang berbasis massa Islam.

Acara yang bertema Koalisi Politik Islam itu dihadiri antara lain oleh mantan Ketua MPR Amien Rais, Presiden PKS Anis Matta didampingi Fahri Hamzah dan belakangan juga datang Hidayat Nur Wahid, Azwar Abu Bakar (PAN), dan wakil dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Sejumlah tokoh menilai, parpol berbasis Islam seperti Partai Kesejahteraan Rakyat (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Bulan Bintang (PBB) perlu merapatkan barisan menjelang Pemilihan Presiden 9 Juli mendatang.

Kendati juara hasil sementara quick count masih dipegang PDIP disusul Golkar dan Gerindra, suara parpol Islam dinilai bisa 'membengkak' jika mereka bergabung. Yaitu mencapai 32 persen. Jumlah ini dinilai dapat sebagai syarat untuk mengusung capres-cawapres pada pemilihan Juli mendatang.

Namun begitu, koalisi parpol Islam dinilai sulit terbentuk dan wacana itu akan hilang diterpa angin. Apa sebab? "Partai Islam sudah kehilangan chemistry-nya untuk digabungkan," kata Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sudjito kepada Liputan6.com, Sabtu 18 April 2014.

Dia mengatakan, perlu ada kekuatan yang benar-benar keras untuk mewujudkan misi koalisi partai Islam. Jika maksud koalisi tak dipahami, yang ada hanyalah kepentingan masing-masing partai.

"Sekarang tergantung capresnya seperti apa. Apa sekadar mau menang atau juga melihat platform partainya nggak. Kalau mau buat terobosan, ya cemistry-nya terletak pada platform," tandas Arie.

Pendapat itu diamini Ketua DPP PKB Marwan Jafar. Dia menilai koalisi parpol Islam saat ini sulit terwujud lantaran masih masing-masing partai masih dikuasai ego. "Walau pun modalnya cukup, tapi siapa yang mau diusung partai Islam," tanya Marwan.

PAN, kata dia, sudah mengusung calon presidennya sendiri yaitu Hatta Rajasa, PKS dengan sejumlah capresnya; Anis Mata, Ahmad Heryawan dan Hidayat Nur Wahid, serta PPP yang menyebut sejumlah nama sebagai capres, termasuk ketua umumnya Suryadharma Ali. Menurut Marwan, hingga kini tak ada yang bisa menyatukan ketiga partai itu.

"Untuk menyatukan ini dalam politik Indonesia kontemporer sangat berat alias galau. Partai Islam belum bisa bersatu," tegas Marwan.

Pengamat politik LIPI Siti Zuhro juga menilai sulitnya parpol Islam berkoalisi lantaran partai itu tidak dapat memanfaatkan keadaan terkait krisis kepemimpinan yang terjadi.

"Partai-partai Islam ini tidak cukup tangkas. Secara ideologi mereka sama, tapi pada tahap sub-ideologi hal ini tak muncul. Ada ego sektoral antarparpol Islam," ujar Siti Zuhro.

Padahal, jika kekuatan partai politik Islam seperti PKS, PKB, PAN, PBB, dan PPP dapat berkoalisi, kata Zuhro, hal ini dapat menjadi kekuatan politik besar yang akan diperhitungkan oleh partai lain.

"Meski isu ideologi itu saat ini sudah cair. Tapi itu masih ada. Cairnya isu ini juga tak dimanfaatkan partai-partai Islam untuk bersepakat dan menepis ego sektoral," jelas dia.

Dengan demikian, lanjut Siti Zuhro, koalisi poros tengah yang pernah terbentuk pada Pemilu 1999 tidak akan pernah terwujud kembali. "Tidak akan. Apalagi untuk pemilu 2014. It was too late," tandas Zuhro.

Namun begitu, suara optimistis datang dari Wakil ketua Umum (Waketum) Partai Amanat Nasional (PAN) Drajat Wibowo. Dia menilai saat ini adalah waktu yang tepat bagi partai politik berbasis Islam untuk berkoalisi.

"Adanya momentum yang bagus, di mana pada sebelum pileg dikatakan partai Islam ini tidak akan lolos PT (Presidential threshold). Ternyata setelah pileg, partai Islam bukan hanya jungkir balikan survei, malah ada pertambahan suara," ujar Drajad.

Dia menjelaskan, kendati pembicaraan antarpartai Islam sudah mulai intens dilakukan, namun hingga kini belum ada nama yang sudah disepakati untuk diusung pada Pemilihan Presiden mendatang.

"Kita berikhtiar. Masih ada waktu, perhitungan final KPU juga belum selesai," kata Drajat.

Chemistry Partai Nasionalis

Usai menduduki peringkat ketiga dalam hasil sementara quick count Pemilu 2014, Partai Gerindra terus bergerilya ke sejumlah parpol berbasis Islam maupun nasionalis. Safari politik sang Ketua Umum Prabowo Subianto pun dinilai untuk mencari sosok cawapresnya yang cocok secara chemistry.

Nama Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa akhir-akhir ini mencuat disebut sebagai alternatif pendamping Prabowo dalam Pilpres 2014 mendatang. Terkait ini, Hatta pun mengaku sudah mendengar wacana tersebut.

"Biarkan itu berkembang. Masyarakat kan itu mencocok-cocokan dengan Prabowo-Hatta. Nanti ada Prabowo dengan yang lain," kata Hatta saat menghadiri Malam Penganugerahan Tokoh Perubahan Republika di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (21/4/2014).

Meski begitu, Hatta mengaku hubungannya dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu pun cukup dekat. "Chemistry-nya baik semua kok" lanjut pria yang mengenakan batik Sumatera bernuansa biru itu.

Selain dengan PAN, Gerindra saat ini juga mengaku tengah mendekati Partai Demokrat. Hal itu diungkapkan Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi. Dia menjamin ada chemistry yang baik dan terbangun antara kedua parpol itu.

"Chemistry kita bagus. Saat Demokrat butuh teman, Gerindra selalu datang sebagai partner yang baik meski di luar koalisi. Kita menyelamatkan Demokrat pada saat itu. Selama ini kita juga hubungannya baik," ungkap Suhardi, Senin (21/4/2014).

Selanjutnya Chemistry itu dapat dilihat antara lain dari latar belakang kedua pimpinan parpol tersebut yang sama-sama dari militer. "(Membangun) Soliditas lebih mudah," ujar  Pengamat Politik Universitas Parahyangan Asep Warlan Yusuf.

Terlebih, ada beberapa mantan petinggi militer di sekitar SBY seperti Djoko Suyanto dan Pramono Edhie Wibowo. Dan kabar dukungan para purnawirawan kepada Prabowo pada pilpres juga menambah ikatan chemistry tersebut.

Jika langkah SBY berkoalisi dengan Gerindra terwujud, bukan tidak mungkin parpol-parpol seperti PKS, PPP, PKB akan mengikutinya. Hal itu bisa saja terjadi lantaran komunikasi dengan elite partai tersebut sudah terjalin sejak koalisi pemerintahan SBY.

"Kalau PAN tentu akan bergandengan dengan Demokrat, kan keduanya (SBY dan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa) besanan," tutur Asep.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.