Sukses

Pengamat: Mestinya Demokrat Gesit dan Membangun Poros Sendiri

jika melihat pergerakan PKB saat ini yg menawarkan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai calon wakil presiden, seharusnya bisa ditangkap.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah partai partai politik kian intensif menjalin komunikasi pasca-pemilu legislatfi 9 April untuk menentukan arah koalis. Tapi, tidak demikian dengan Partai Demokrat.

"Saya melihat Demokrat di bawah kepemimpinan SBY menunggu langkah dan melihat arah pergerakan parpol lain" kata Direktur Eksekutif Polcomm Institute Heri Budianto, kepada Liputan6.com, di Jakarta, Rabu (16/4/2014).

Pakar komunikasi politik dari Universitas Mercu Buana ini menyatakan, SBY selaku ketua umum Demokrat, semestinya jangan terlalu lama  menunggu situasi politik koalisi. Dengan perolehan suara 9 persen versi hitung cepat, Demokrat masih memegang peranan strategis di tengah-tengah tidak adanya partai yang dominan dalam perolehan suara.

"Justru Demokrat dapat menggagas poros baru dengan menawarkan capres alternatif hasil konvensi," ujarnya.

Menurutnya, jika melihat pergerakan PKB saat ini yg menawarkan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai calon wakil presiden, seharusnya bisa ditangkap oleh Demokrat untuk sebagai suatu peluang. "Memang PKB menyasar PDIP, dan kemudian Gerindra. Namun, itu bisa saja buntu, sebab PDIP dan Gerindra akan melihat sosok yang ditawarkan PKB," ucapnya.

Lebih jauh, Her mengatakan, jika upaya PKB membangun koalisi dengan pDIP atau Gerindra mentah, Demokrat bisa mengajak PKB membuat poros baru dengan menawarkan capres pemenang konvensi dan cawapres dari PKB lalu ditambah satu partai lain, PBB atau PKPI.

"Skenario berikutnya Demokrat bisa menggagas poros baru dengan PAN dan PKS, sebab kedua partai ini lebih nyaman bersama Demokrat. Sangat disayangkan pergerakan Demokrat yang lama. Mungkin Demokrat kaget suaranya merosot tajam," tandas Heri.

Dalam beberapa versi quick count, suara Demokrat dan PKB tak terpaut jauh. Pada quick count versi CSIS-Cyrus Network, Demokrat meraih 9,66%. Sementara, PKB meraup 9,16%.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini