Sukses

Kritik Pencapresan Ical, Akbar Tandjung Akan Diberi Sanksi?

Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung menilai pencapresan Aburizal Bakrie atau Ical tak perlu dipaksakan.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung menilai pencapresan Aburizal Bakrie atau Ical tak perlu dipaksakan karena suara Golkar tak mencapai 20% sebagai syarat mengusung capres. Selama ini, Golkar dinyatakan solid dan konsisten tetap mengusung Ical sebagai capres, namun dengan menyampaikan kritikan tersebut, apakah Akbar bakal ditegur atau diberi sanksi?

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar Luhut Panjaitan mengatakan sejauh ini pihaknya belum mengambil langkah untuk menindaklanjuti kritikan Akbar, seperti pemberian sanksi. Dia mengaku belum melihat ada gangguan di internal partainya akibat pernyataan mantan Ketua DPR tersebut.

"Saya juga melihat belum perlu dilakukan tindakan yang konfrontatif. Saya tidak atau belum melihat adanya distorsi yang menganggu," ujar Luhut di Wisma Bakrie 2, Jakarta Selatan, Senin (14/4/2014).

Meski demikian, kata dia, Golkar akan mengambil langkah lanjutan terkait pernyataan Akbar sesuai mekanisme yang ada. Dia mengaku sudah memahami tabiat Akbar yang sering mengeluarkan pernyataan tak terduga. Namun ia berharap Akbar dapat lebih paham untuk menyikapi segala sesuatu, termasuk perolehan suara Golkar.

"Ya kita hormati sebagai senior saja. Dan saya pikir Aburizal Bakrie sangat akomodatif. Tapi beliau juga tentu membuat keputusan-keputusan. Mari kita konsentrasi memenangkan pilpres," jelasnya.

Akbar sebelumnya mengatakan, sejauh memenuhi syarat untuk mengajukan calon presiden sendiri, partainya akan mengajukan Aburizal Bakrie. Namun bila tidak memenuhi 20% suara, Aburizal Bakrie alias Ical tak bisa memaksakan untuk menjadi calon presiden.

"Sejauh masih memenuhi peraturan perundang-undangan. Saya rasa tidak masalah. Tapi seandainya tidak memenuhi peraturan dan kursi di DPR tentu perlu dibicarakan kembali langkah-langkah berikutnya," kata Akbar dalam diskusi di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, 12 April.

"Apakah kita harus memaksakan terus jadi capres? Opsi kedua yaitu opsinya cawapres. Belum tentu partai lain yang koalisi setuju kalau Ical tetap capres. Kalau tidak ada yang setuju, berarti harus ada opsi baru," imbuh Akbar.

Perolehan suara Partai Golkar berdasarkan hitung cepat lembaga survei CSIS dan Cyrus Network pada Pileg 2014 sementara ini sekitar 14,32%. Sementara hasil Pileg 2009 lalu meraih 14,45%. (Raden Trimutia Hatta)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini