Sukses

Alasan Demokrat Sulit Bergabung dengan Gerindra

Faktor apa yang menghambat koalisi kedua partai tersebut?

Liputan6.com, Jakarta - Pasca-Pemilu Legislatif 9 April lalu, berbagai elite partai politik mulai menjalankan berbagai manuver politik untuk mencari kawan koalisi. PDIP sudah mendekat ke Nasdem dan PKB, Gerindra diperkirakan akan merangkul PAN atau bahkan seluruh partai Islam.

Sedangkan Partai Golkar dan Partai Demokrat belum menentukan arah. Meski pendekatan antara Partai Demokrat dan Partai Gerindra sudah ditempuh, menyatukan keduanya diperkirakan sangat sulit.

Direktur Riset Saiful Mujani Research and Consulting (SRMC), Djayadi Hanan mengatakan, Prabowo Subianto sebagai calon presiden atau capres dari Gerindra sudah tak bisa ditawar lagi. Di sisi lain, Demokrat belum menentukan capres melalui konvensi.

Nama yang paling populer dari konvensi Partai Demokrat, yakni Dahlan Iskan. Tapi, muncul hasrat kuat dari internal partai untuk memajukan Pramono Edhie Wibowo sebagai capres.

"Anda boleh bilang ada dikotomi militer-sipil. Masa ada 2 jenderal maju, gitu lho," kata Djayadi usai menghadiri diskusi politik di Warung Daun, kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (13/4/2014).

Karena itu, Djayadi menilai Partai Demokrat lebih cocok berkoalisi dengan Partai Golkar. Hubungan antar-keduanya juga sudah dikenal baik sejak Pemilu 2004. Karena itu, koalisi ini bisa jadi pertimbangan. "Demokrat itu paling mungkin dengan Golkar atau bikin sendiri," lanjutnya.

Jika Demokrat memutus membentuk koalisi sendiri, poros keempat bisa saja terbentuk. Tapi, menurut Djayadi, hingga kini belum ada partai yang melirik dan berpikir untuk membentuk poros empat.

Ada alternatif untuk Demokrat saat memutuskan menjadi poros keempat. Demokrat bisa memilih PPP dan PKS untuk bergabung membentuk koalisi baru. Sedangkan, Golkar bisa menggaet Hanura.

"Demokrat bisa dengan PKS sama PPP kan bisa. Golkar bisa sama Hanura, atau Golkar sama PKS. Kemudian Demokrat dengan Hanura dan PPP," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini