Sukses

Kunci Keberhasilan Prabowo Hingga Gerindra Masuk 3 Besar

Pemilihan orang-orang tepat untuk memudahkan komunikasi dengan media dinilai menjadi kunci penting bagi Prabowo.

Liputan6.com, Jakarta - Hasil survei lembaga yang menyebut PDIP akan meraih suara di atas 30 persen bila Jokowi jadi capres tidak terbukti. Pada quick count Pemilu 2014, PDIP memperoleh suara 19 persen. Jumlah itu dinilai tidak selaras dengan survei sebelum Jokowi mendeklarasikan diri menjadi capres.

"Prabowo effect secara kasat mata hasilnya terlihat jauh lebih baik dibanding Jokowi effect. Gerindra pada Pemilu 2009 meraih 4,46 persen secara nasional, saat ini menurut quick qount menempati urutan ketiga dengan meraih suara pada kisaran 11-12 persen," kata dosen psikologi Universitas Indonesia (UI) Dewi Haroen dalam pesan tertulisnya kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (11/4/2014).

Menurut pakar personal branding ini, ada kenyataan yang luput dari mata pengamat dan lembaga survei. Yaitu tentang kejelian Ketua Dewan Pembina yang juga capres Partai Gerindra Prabowo Subianto mengajak orang-orang komunikasi di barisannya.

Pemilihan orang-orang tepat untuk memudahkan komunikasi dengan media, dinilai dia menjadi kunci penting bagi Prabowo dalam mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya.

"Tim media dan komunikasi Prabowo terlihat bekerja maksimal melalui berbagai media, termasuk media sosial yang dulu dikuasai Jokowi," jelas dia.

Sehingga, imbuhnya, personal branding Prabowo sebagai pribadi yang bersikap tegas terhadap apapun, antikorupsi, jiwa sosialnya sangat tinggi, serta konsep ekonominya yang sangat jelas untuk memakmurkan rakyat yang kuat secara terus-menerus dikomunikasikan dengan baik dan konsisten kepada swing voters hingga hari pencoblosan.

"Ini yang tidak disadari Jokowi dan tim pendukungnya dari PDIP. Bisa jadi mereka sama sekali tidak mempelajari bagaimana Jokowi berhasil dalam Pilkada DKI. Mereka merasa di atas angin karena menganggap Jokowi 'media darling' serta terbuai dengan hasil survei," sebutnya.

Sebaliknya, tim pendukung Jokowi tidak melakukan upaya nyata, sehingga pemilih tak mendapat informasi cukup tentang dirinya. Pada saat-saat akhir jelang kampanye, ada pergeseran persepsi masyarakat terhadap figur Jokowi yang disebut sebagai capres boneka dan selalu manut pada Megawati.

"Padahal seharusnya situasi dan kondisi yang 'rawan' ini disikapi dengan cerdas oleh tim. Pembiaran inilah yang berharga mahal dengan tidak efektifnya personal brand Jokowi terhadap PDIP di Pileg 2014," pungkas Dewi.

(Shinta Sinaga)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.