Sukses

Suara Demokrat Anjlok, Anas Urbaningrum: Bukan Hal Aneh

"Ya hari berganti, musim berganti, kadang mendung, kadang hujan, kadang panas. Kan biasa saja naik turun dalam pemilu," kata Anas.

Liputan6.com, Jakarta Partai Demokrat mendapat hasil yang kurang memuaskan dalam Pemilu Legislatif (Pileg) 2014. Berdasarkan perolehan suara hasil hitung cepat atau quick count sejumlah lembaga survei menunjukkan Demokrat berada di luar 3 besar.

Menanggapi hal itu, mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum memberi tanggapannya. Menurut Anas, bukan hal aneh jika suara Demokrat dalam Pileg turun.

"Ya hari berganti, musim berganti, kadang mendung, kadang hujan, kadang panas. Kan biasa saja naik turun dalam pemilu," kata Anas di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (11/4/2014).

Menurut Anas, menurunnya perolehan suara Demokrat disebabkan sejumlah faktor. Di antaranya faktor banyaknya kader Demokrat yang terjerat kasus korupsi.

"Pasti ada faktor itu. Tapi yang utama faktor kinerja pemerintah yang dianggap tidak memuaskan publik," katanya.

Anas menjelaskan, berdasarkan sejumlah survei beberapa waktu lalu sebelum Pileg, menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah turun drastis beberapa tahun terakhir.

Di mata Anas, seandainya Demokrat sebagai partai utama penyokong pemerintahan yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono itu dapat memuaskan publik, maka elektoral partai berlambang mercy itu akan melonjak tajam.

Begitu juga sebaliknya, kalau pemerintahan dianggap tidak memuaskan publik, pasti juga berdampak pada elektoralnya ke partai yang ada di pemerintahan, terutama Demokrat partai yang menjadi pilar utama pemerintahan.

"Itu rumus umum demokrasi di manapun. Bukan hal aneh," kata dia.

Meski pada Pemilu 2009 lalu Demokrat menjadi jawara dengan meraih suara 20,85 persen, sedangkan pada quick count Pemilu 2014 antara 9-10 persen, bagi Anas itu sudah sangat bagus. Sebab, melihat masyarakat tidak puas terhadap kinerja pemerintahan, maka sudah seharusnya Demokrat bersyukur atas pencapaian Pileg itu.

Anas mengatakan, angka 9-10 persen suara itu bukan karena SBY bekerja sebagai Ketum Demokrat dan Presiden, tetapi juga karena ada faktor konvensi capres yang diselenggarakan Demokrat.

"Tapi juga sudah dibantu oleh kesebelasan konvensi, kalau tidak ada, mereka nggak akan tembus 9-10 persen," demikian Anas.

(Shinta Sinaga)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.