Sukses

Jokowi Miris Runtuhnya Nilai-nilai Kesantunan

Padahal, menurut Jokowi, nilai-nilai kesantunan itu sejak zaman Kerajaan Majapahit telah tercipta.

Liputan6.com, Depok - Capres yang diusung PDI Perjuangan Joko Widodo alias Jokowi merasa miris melihat pergaulan anak bangsa saat ini yang kurang meneladani sikap tata krama dan nilai-nilai kesantunan. Padahal, nilai-nilai kesantunan itu sejak zaman Kerajaan Majapahit telah tercipta.

"Sekarang kita lupa nilai-nilai kesantunan, berkaitan dengan bersih dan kerja keras pun demikian. Dulu nilai kesantunan sempat jaya karena mempunyai nilai-nilai kerja keras," kata Jokowi di kediaman Iwan Fals, Desa Leuwinanggung, Depok, Jawa Barat, Kamis (3/4/2014).

Karena itu, sang Gubernur DKI itu mengajak bangsa Indonesia untuk membangun kembali nilai-nilai budaya yang telah hilang dan meninggalkan jejak sejarah. "Menurut saya menjadi bangsa yang besar, perlu menyiapkan jiwa raganya. Pribadi-pribadi rakyatnya yang berbudaya, kita sering meninggalkan jejak sejarah," ujar dia.

Mantan Walikota Solo itu mengaku sedari awal menjadi jurkamnas PDIP ia mengawalinya dengan berkampanye menelusuri tempat-tempat bersejarah. Alasannya karena menjadi bangsa yang merdeka memerlukan tahapan dan mengingat perjalanan sejarah.

"Kenapa kita pada kampanye pertama mendatangi berbagai museum dari museum Budi Utomo, Sumpah Pemuda, Monumen Nasional, Museum Proklamasi, karena perlu kita ingatkan menjadi merdeka perlu tahapan-tahapan luar biasa. Kegiatan ini sering tidak pernah kita teringat nilai-nilai seperti itu," ujar dia.

"Heritage (warisan sejarah) misalnya di Sunda Kelapa, ke tengah kota tua di situ ada jejak sejarah sebagai kota maritim. Kita lupa kalau kita besar dari maritim," ungkap dia.

Jokowi pun kembali mengingatkan bila saat ini rakyat lupa akan nilai-nilai kesantunan, apalagi berkaitan dengan bersih, kerja keras. Dulu bangsa ini sempat jaya karena mempunyai nilai-nilai kerja keras karena membangun nilai-nilai budaya, namun untuk saat ini dia berharap harus dimulai lagi.

"Saya tidak suka membandingkan negara-negara lain seperti Singapura, Korea, Jepang. Tapi karena pemimpinnya punya ideologi jelas. Mereka (rakyat) mau menuruti apa kata pemimpin, ke mana pemimpin bilang mau ke utara, semua ke utara," ucap dia.

"Di Korea saya melihat di sekolah sana, seniornya mau menggendong waktu ospek. Kakaknya mau membantu adiknya. Kita kehilangan budaya senioritas, tidak menghormati itu padahal dulu waktu saya dulu ada semangat itu," kata mantan Walikota Solo itu dengan nada miris.

Baca juga:

Pertemuan Jokowi dan Iwan Fals Dinilai Bangkitkan Mitos Jawa
Jokowi Sambangi Kediaman Iwan Fals
Jokowi Temui Iwan Fals Nanti Malam

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini