Sukses

`JK` untuk Jokowi

Dari mulai jejaring sosial twitter hingga survei menyebutkan, JK menjadi sosok yang ideal mendampingi Jokowi.

Liputan6.com, Jakarta- Oleh: Rochmanuddin, Andi Muttya Keteng, Luqman Rimadi, Silvanus Alvin

 Jokowi kini telah resmi mendeklarasikan diri sebagai capres PDIP di rumah si Pitung Jumat 14 Maret lalu. Sederet nama cawapres yang disebut-sebut pantas mendampingi pria bernama lengkap Joko Widodo itu pun dimunculkan.

Lantas siapa cawapres yang akan disandingkan dengan Jokowi? Masih menjadi misteri. PDIP sampai saat ini pun masih pada tahap menyusun kriteria cawapres yang diinginkan. Namun tiba-tiba Jokowi menyatakan diri harus bersama dengan 'JK' saat maju Pilpres 9 Juli nanti. Maksudnya Jusuf Kalla?

"Saya harus dengan JK," ujar Jokowi usai mengunjungi rumah pompa Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis 27 Maret lalu.

Mendengar pernyataan tersebut, sejumlah awak media pun terkejut. Sebab, Jokowi yang selama ini bungkam terkait siapa cawapres yang akan mendampinginya pada Pilpres 2014, akhirnya buka suara. Terjawab sudah! Tapi sayang, itu hanya dagelan Jokowi.

"Memangnya yang kalian maksud JK itu apa? ya kalau saya tidak dengan JK, jadinya O'owi dong," ucap Jokowi sambil tertawa.

Ternyata yang dimaksud JK bukanlah Jusuf Kalla yang selama ini namanya disebut-sebut sebagai salah satu nama kandidat kuat yang akan dipilih sebagai cawapres. Namun JK yang dimaksud adalah huruf pertama dan ketiga pada nama Jokowi.

‎"Loh, iya dong, ndak salah kan, coba saja dieja, kalau ndak ada J dan K-nya, jadinya nama saya Oowi dong" ucapnya sambil tertawa.

Setelah guyonan Jokowi-JK tenang, mantan Walikota Solo ini akhirnya berkomentar serius. Jokowi mengakui dalam survei yang selama ini dilakukan beberapa lembaga riset politik, bila dirinya dipasangkan dengan JK, elektabilitasnya tinggi.

"Ya, tapi kalau yang itu disurvei-survei memang posisinya selalu nomor 1," kata dia.

Namun, Jokowi mengaku enggan mendahului partainya. Terang saja, saat ini PDIP masih dalam tahap membahas kriteria cawapres, belum menyinggung nama-nama kandidat cawapres. Partai berlambang banteng itu tak mau terlena, karena harus memikirkan pemenuhan ambang batas parlemen 20 persen.

Poster Jokowi-JK

Beberapa nama kerap disebut-sebut akan mendampingi Jokowi bersaing dalam Pilpres 2014. Jusuf Kalla dan Yusril Ihza Mahendra pun masuk dalam bursa cawapres. Tampaknya dagelan Jokowi menjadi kenyataan.

Bahkan sebelum PDIP mendeklarasikan Jokowi, spanduk bertuliskan 'Jokowi-JK' dan 'Jokowi-Yusril' telah ramai beredar di beberapa lokasi. Seperti depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung,

Namun munculnya poster tersebut disambut Jokowi dengan biasa saja. Ia menganggap ia hal biasa dalam konstelasi politik menjelang pemilu.
"Nggak apa-apa, itu namanya dinamika politik. Itu dinamika demokrasi dan bagus," ujar Jokowi saat berkunjung ke Cianjur, Jawa Barat, Sabtu 29 Maret.

Bagi Gubernur DKI Jakarta ini, mantan wapres ke-10 dan Ketua Majelis Syuro Partai Bulan Bintang itu cukup berkompeten menjadi pendampingnya. Namun, keputusan akhir berada di tangan partainya yang kini gencar mencari kandidat cawapres.

Bagiamana dengan sinyal Partai Golkar, partai naungan JK? Lampu kuning tampaknya sudah menyala. Bagi Golkar tak masalah jika Mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar itu mendampingi Jokowi.

"Pencawapresan Jusuf Kalla tidak menjadi masalah. Beliau (jusuf Kalla) adalah Warga Negara Indonesia dan itu kan hak beliau jika dicalonkan sebagai Cawapres," ujar Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung di Lapangan Umum Narmada, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu 23 Maret.

Sinyal lainnya juga terlihat dengan majunya Jokowi sebagai capres yang bagi Golkar bukan sebuah ancaman. Hal itu diakui Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Musfihin Dahlan. Kendati, pernyataan tersebut belum menjamin koalisi antara Golkar dan PDIP.

"Bagi kami Jokowi bukan musuh dan lawan politik. Kami anggap Jokowi sebagai teman bermain. Kita senang Jokowi tampil, dan kita apresiasi," kata Musfihin dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu 23 Maret.

Musfihin juga mengaku Golkar sudah menyiapkan sejumlah kandidat cawapres dari kader internal partainya. Sederet nama yang sudah disiapkan antara lain Jusuf Kalla, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung, Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso, dan Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono. Mereka dinilai layak menjadi cawapres.

Namun bagi Wakil Ketua Umum Partai Golkar Fadel Mohamad, isu pasangan Jokowi-JK seolah masih menjadi pertimbangan Golkar. Fadel meyakini JK akan menolak, mengingat senioritas antara Jokowi dengan Jusuf Kalla terpaut jauh.

"Ya, saya sudah dengar lama isu itu. Tapi pertanyaannya, apakah Pak JK mau? Kan Pak JK lebih senior dari pada Jokowi," ungkap Fadel, kepada Liputan6.com saat blusukan di salah satu warung kopi di Gorontalo, Sulawesi Utara, Selasa 25 Maret.

Mantan Menteri Perikanan dan Kelautan itu meyakini suara Golkar akan pecah, jika Jokowi disandingkan dengan JK. Sebab, JK dianggap masih memiliki massa fanatik, khususnya di wilayah Indonesia timur.

"Kalau pun itu akan terjadi, saya pribadi akan menilai, suara Golkar pada Pilpres (2014) akan terpecah. Masalahnya Pak Jusuf Kalla masih punya massa, apalagi di wilayah Indonesia timur," pungkas Fadel.


Jokowi-JK Unggul

Sederet nama yang dianggap layak mendampingi Jokowi juga ramai dibicarakan di jejaring sosial twitter, pascadeklarasi Jokowi. Sederet nama yang muncul di antaranya Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Di luar nama itu, juga muncul seperti Ahok, Abraham Samad, Dahlan Iskan, dan Hatta Rajasa. Namun dari semua calon ideal itu, nama JK paling lama dibiacarakan. Hal ini ditandai dengan munculnya hashtg #JokowiJK yang sempat menjadi  trending topic di twitter.

Melaui rilis bertajuk 'Mengukur Kualitas Personal Para Kandidat Capres-Cawapres 2014' Pol-Tracking Institute juga merilis hasil survei dari kalangan pakar Minggu 23 Maret. Survei Pakar ini merupakan hasil penilaian juri penilai sebanyak 330 guru besar (Profesor) di 33 provinsi, terhadap kualitas sosok capres-cawapres potensial selama 3 Februari hingga 10 Maret 2014.

Hasilnya, JK meraih nilai tertinggi (7,70), Joko Widodo (7,66), Mahfud MD (7,55),  Wiranto (7,09), Prabowo Subianto (7,08), Dahlan Iskan (6,97), Tri Rismaharini (6,84), Surya Paloh (6,81), Yusril Ihza Mahendra (6,72),  Aburizal Bakrie (6,70), Basuki Tjahaja Purnama (6,69), dan Anies Baswedan (6,61).  

Selain itu, Hatta Rajasa (6,56), Akbar Tanjung (6,39), Megawati Sukarnoputri (6,39), Hidayat Nurwahid (6,33), Gita Wirjawan (6,18), Marzuki Alie (6,18), Syahrul Yasin Limpo (6,16),  Sutiyoso (6,15), Endriartono Sutarto (6,09), Isran Noor (6,07),  Suryadharma Ali (6,06), Pramono Edhie Wibowo (6,04), dan Hary Tanoesoedibjo (6,00).

"Untuk skor total dari seluruh kandidat Capres-Cawapres Potensial Dari skor total penilaian setiap tokoh dari 7 (tujuh) aspek dimensi yang dinilai, hasilnya adalah setidaknya ada 25 kandidat yang mempunyai skor nilai kualitas dan kompetensi personal di atas nilai ketercukupan 6," ujar Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda.

Sementara survei terbaru dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) menyebutkan nama cawapres ideal untuk mendampingi Jokowi. Hasilnya, JK memperoleh 15,2%. Sementara Wiranto memperoleh 15,1%, Ahok 11,3%, Hatta Rajasa 6%, Hary Tanoe 4,8%, Mahfud MD 4,3%, Dahlan Iskan 4,3%, Tri Rismaharini alias Risma 3,6%, Panglima TNI Moeldoko 2,4%, Ganjar Pranowo 1,7%, Chaerul Tanjung 1%, lainnya 2,8% dan golput 27,2 %.

Lalu cawapres ideal bagi Prabowo siapa? Perolehan suara JK masih unggul, yakni mencapai 19,2%. Disusul Hatta Rajasa 11,3%, Hary Tanoe 6,3%, Mahfud MD 5,8%, Dahlan Iskan 5,4%, Ahok 4,3%, Tri Rismaharini 3,8%, Ganjar Pranowo 1,8%, Gita Wirjawan 1,7%, Chaerul Tanjung 1,6%, lainnya 6,7%, dan golput 32,1%.

"Survei ini menemukan bahwa di mata pemilih Jusuf Kalla dianggap sebagai cawapres ideal bagi dua nama terkuat Jokowi dan Prabowo Subianto. Akan tetapi calon lain seperti Wiranto juga memiliki keunggulan elektoral karena elektabilitas dirinya dan juga Hanura yang terus menguat," kata Peneliti CSIS Philips J Vermonte, Senin 31 Maret.

Lalu apa kata pengamat politik terkait cawapres yang ideal bagi Jokowi? Kalangan militer dinilai cocok mendampingi Jokowi, seperti Panglima TNI Jenderal Moeldoko. "Moeldoko punya pengalaman luar biasa. Dia sosok yang tegas dan masih muda," kata pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Tjipta Lesmana di Jakarta, Sabtu 29 Maret.

"Walau dia masih aktif, dia kan bisa mengajukan untuk pensiun dini," tambah Tjipta Lesmana.

Selain Moeldoko, ada pula nama mantan Kepala Staf Angkatan Darat Ryamizard Ryacudu. Namun sosok Ryamizard dinilai terlalu berumur. Selain itu juga dinilai tak punya pengalaman. "Ryamizard sudah tua, dia tidak ada pengalaman pemerintahan Nasional. Walau saya akui dia sosok yang cukup tegas."

Namun pasangan sipil-militer dinilai sudah menjadi konsep usang dalam sistem pemerintahan Indonesia. Konsep ini sudah tidak relevan. Jadi, masyarakat tak perlu khawatir jika presiden dan wakil presiden yang terpilih dalam Pilpres 2014 sama-sama berasal dari sipil. "Sipil-militer itu hanya dikotomi lama," tutur Tjipta.

Bagi Jokowi sendiri, mau muda atau tua, sipil atau militer belum ada gambaran yang pasti. Sebab, keputusan ini menjadi kewenangan partainya. Apalagi, Pileg masih belum jelas hasilnya. Karena peta politik bisa saja berubah setelah Pileg 9 April mendatang.

"Kriteria itu bisa tua, setengah tua, muda, setengah muda. Bisa sipil, bisa militer, purnawirawan juga bisa," jawab Jokowi santai saat kampanye di Cianjur, Jawa Barat, Sabtu 29 Maret lalu. Lantas siapa cawapres yang tepat untuk Jokowi? JK-kah?

(Rizki Gunawan)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.