Sukses

Syamsuddin, Berjalan Malang-Surabaya Kampanye Anti-Politik Uang

Rencana jalan kaki dari Malang menuju kantor KPU Jawa Timur di Surabaya dinilai lebih efektif.

Liputan6.com, Jakarta - Syamsuddin (43), warga Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat, akan berjalan kaki dari Malang menuju kantor KPU Jawa Timur di Surabaya. Tujuannya, melakukan aksi penyadaran terhadap publik untuk menolak politik uang.

Tubuhnya dibalut plastik penuh stiker penolakan politik uang. Kardus dengan ditempeli replika uang Rp 100 ribu digunakannya sebagai penutup kepala.

"Aksi penyadaran publik ini penting, warga harus tahu bahwa politik uang berbahaya bagi demokrasi kita," kata Syamsuddin di Malang, Jawa Timur, Sabtu (29/3/2014).

Rencana jalan kaki dari Malang menuju kantor KPU Jawa Timur di Surabaya dinilai lebih efektif. Selama berjalan kaki, Syamsuddin akan menghimbau masyarakat untuk menolak politik uang.

"Dengan jalan kaki, penyadaran publik ini lebih efektif. Daripada di dalam kampus, terlalu sedikit dan di kampus itu sudah banyak orang pintar," papar Syamsuddin.

Selama pelaksanaan pemilu, sebut dia, banyak praktik politik uang yang dilakukan. Mulai dari membagi uang secara langsung hingga membagi hadiah pada masyarakat. "Tak ada politik yang dilakukan secara santun, sangat memprihatinkan," tuturnya.

Syamsudin adalah relawan jaringan Malang Corruption Watch (MCW) di Indramayu. Di daerah asalnya, Syamsuddin kerap mengkritik pemerintah daerah setempat yang dinilai tak memprioritaskan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.

Aksi jalan kaki untuk berkampanye ini bukan kali pertama dilakukan Syamsuddin. Pada 2010, ia berjalan kaki dari Indramayu menuju bundaran HI di Jakarta untuk menuntut kesejahteraan warga Indramayu.

Pada 2013, Syamsuddin kembali jalan kaki dari Indramayu menuju istana negara di Jakarta. Tujuannya, menuntut adanya perbaikan kualitas pendidikan di daerah asalnya. Syamsuddin merupakan bekas guru honorer.

Pada 2007, ia memilih berhenti mengajar di SDN 3 Krasak, Jatibarang, Indramayu. "Guru mudah dipolitisir demi kepentingan politik penguasa. Saya memilih berhenti jadi guru," tandas Syamsuddin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini