Sukses

Tanpa Sosok Ahok, Sukses Pilkada Jokowi Terulang Saat Pilpres?

Direktur Eksekutif The Cyrus Network Hasan Nasbi Batupahad menilai kesuksesan Jokowi-Ahok pada Pemilukada DKI belum tentu terulang.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo telah dimandatkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai capres. Pencapresan tersebut memicu sikap pro dan kontra dari berbagai kalangan. Sebagian kalangan beranggapan, kesuksesan Jokowi saat maju Pemilukada 2012, tidak akan terulang pada Pilpres 2014.

Direktur Eksekutif The Cyrus Network Hasan Nasbi Batupahad menilai, kesuksesan Jokowi saat ini tidak dapat dipungkiri. Sebab, ada sosok Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dapat menutupi kekurangan Jokowi. Kinerja keduanya tampak harmonis karena tipikal 2 pemimpin itu berbeda.

"Harus diingat Jokowi-Ahok itu satu paket. Dulu pada saat pilkada tidak semua yang pilih Jokowi, tapi ada yang melihat sosok Ahok," ujar Hasan dalam sebuah diskusi, Jakarta, Kamis (27/3/2014).

Hasan menjelaskan, tampilnya 2 tokoh itu selama ini bukan karena popularitas semata. Jokowi bertugas turun ke bawah, menengok permasalahan Ibukota dengan melakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat. Sedangkan Ahok, sosok eksekutor yang mengeksekusi di belakang layar dan menentukan langkah kebijakan yang harus diputuskan.
‎
"Kalau selama ini yang kita lihat kan, Jokowi blusukan. Tapi Ahok lebih memilih di kantor. Coba kalau keduanya suka blusukan. Tiba-tiba Jokowi keluar dari gorong-gorong terus muncul di televisi, kemudian tiba-tiba Ahok keluar dari comberan dan mau masuk televisi juga. Kan bisa ribut," katanya.

Pasangan Langka

Maka itu, kata Hasan, duet Jokowi-Ahok yang kompak dengan tipikal gaya kepemimpinan yang berbeda, sulit ditemukan. Ia pun tak yakin bila Jokowi maju sebagai capres, mampu menemukan sosok cawapres seperti Ahok. Terlebih sampai saat ini, belum diketahui siapa cawapres yang akan disandingkan dengan Jokowi.

"Mereka paket yang seimbang, satu di lapangan, satu di kantor. Kalau Jokowi nyapres dan belum tahu pasangannya, belum tentu bisa sukses seperti pilkada kalau pasangannya tidak pas," tegas Hasan.‎

Hasan mencontohkan saat kasus relokasi warga Waduk Pluit. Dalam kasus tersebut, Ahok berbicara keras dan mengeluarkan kata-kata yang dianggap menyakitkan warga Waduk Pluit, dengan mengatakan cara berpikir warga seperti orang komunis. Di satu sisi, Jokowi tetap melakukan pendekatan persuasif kepada warga yang tinggal di bantaran waduk itu.

"Mungkin kalau pada saat itu Ahok sendiri yang datang ke Waduk Pluit, orang-orang akan marah. Karena sosok Ahok yang suka mengeluarkan kata-kata keras, dia mencap komunislah, dibilang warga nggak tahu diri. Tapi Jokowi tidak tinggal diam, ia ajak warga makan siang di kantornya, warga pun akhirnya mau pindah. Jadi itu yang membuat Jokowi sekarang jadi populer," jelas Hasan.

(Shinta Sinaga)
‎

Baca juga:

‎Pengamat CSIS: Kritik untuk Jokowi Wajar

Diserang Prabowo, Jokowi : Adu Gagasan Saja...

Jokowi `Diserang`, Megawati Minta Elite Politik Jaga Etika

Diserang Fahri Hamzah, Jokowi: Saling Serang Bukan Budaya Kita

Diserang Prabowo, Jokowi : Adu Gagasan Saja...

Jokowi `Diserang`, Megawati Minta Elite Politik Jaga Etika

Diserang Fahri Hamzah, Jokowi: Saling Serang Bukan Budaya Kita

- See more at: http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2029035/pengamat-csis-kritik-untuk-jokowi-wajar#sthash.49gMUJBr.dpuf

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini