Sukses

Banyak Antiparpol, Golput Pileg Akan Lebih Besar dari Pilpres

Mendekati masa pemilihan legislatif 2014, pengamat politik Universitas Gadjah mada (UGM) Ari Dwipayana menilai angka golput meningkat.

Liputan6.com, Yogyakarta - Mendekati masa pemilihan legislatif 2014, pengamat politik Universitas Gadjah mada (UGM) Ari Dwipayana menilai angka golongan putih (golput) semakin tinggi. Sebab, masih banyak masyarakat yang sentimen terhadap partai sehingga enggan menggunakan hak pilihnya.

Selain itu, ungkap Ari, masih banyak yang tidak percaya dengan kinerja anggota legislatif. Sementara masyarakat akan lebih tertarik akan menggunakan hak pilihnya dalam pilpres.

Kondisi ini, jelasnya, disebabkan karena adanya tokoh yang ditonjolkan oleh partai dalam pilpres. Salah satunya adalah Joko Widodo yang mendapat perhatian masyarakat.

"Banyak yang masih sentimen terhadap partai sehingga masih antipartai. Banyak yang tidak memilih caleg tapi akan milih ketika pilpres. Makanya angka golput di pileg dan pilpres akan jadi berbeda," kata Ari dalam diskusi di DPRD Yogyakarta, Selasa (25/03/2014).

Menurut dia, adanya figur tokoh akan membuat perbedaan dalam pilpres mendatang. Banyak masyarakat yang tidak mencoblos di pileg tapi akan menggunakan hak pilihnya di pilpres.

"Banyak anak muda yang emoh partai tapi dia sangat terpukau dengan figur, seperti Anis Baswedan misalnya. Banyak yang emoh nyoblos di pileg tapi dia akan mencoblos di pilpres karena tokoh Anis ini," ujar Ari.

Ia menilai, fenomena itu dikarenakan sistem Pemilu 2014 menggunakan proposional terbuka, berbeda dengan pemilu sebelumnya yang menggunakan proposional tertutup. Sistem proposional terbuka ini juga akan berpengaruh pada pileg. Sebab, sistem ini lebih mengedepankan figur politik partai atau figure base politic.

Dengan menonjolkan figur, lanjut Air, juga akan berpengaruh kepada partai. Ari menjelaskan, partai akan menjadi tidak terurus karena menggunakan sistem seperti ini karena masing-masing caleg akan bertarung bahkan sesama anggota partainya.

"Ini yang saya sebut kanibalisasi karena mereka bertarung dengan sesama teman di partainya. Akhirnya partai jadi tidak terurus karena mengurus kepentingan pribadinya. Oleh karena itu akan semakin membuat biaya politik mahal," tukas Ari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini