Sukses

Indonesia Dinilai Tidak Butuh Tokoh Populer Seperti Jokowi

Menurut tokoh pendidikan dan kebudayaan, Franz Magnis, bangsa Indonesia tak butuh kepopuleran sosok seperti Jokowi.

Liputan6.com, Jakarta- Popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang tinggi selama ini dinilai telah mengantarkannya menjadi calon presiden (capres) PDIP pada Pemilu 2014 mendatang.

Meski demikian, menurut tokoh pendidikan dan kebudayaan, Franz Magnis Suseno, bukan berarti bangsa Indonesia butuh kepopuleran sosok seperti Jokowi untuk melakukan sebuah perubahan. Dia menilai, pemimpin yang populer belum tentu dapat menyelamatkan bangsa.

Pakar etika politik dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara yang juga akrab dipanggil Romo Magnis itu mengatakan demikian lantaran Indonesia memiliki banyak permasalahan di berbagai bidang dan sektor. Mulai dari masalah ekonomi, politik hingga keamanan negara.

"Bahkan, keinginan baik untuk menjadi pemimpin dirasa tidak cukup untuk menjadi pemimpin bangsa ini. Popularitas juga tidak cukup. Popularitas itu tidak menunjukkan memiliki substansi artinya kemampuan memberikan harapan," ujar Romo Magnis dalam keterangan tertulisnya kepada Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (22/3/2014).

Bagi Romo Magnis, bangsa Indonesia tidak memerlukan seseorang yang punya popularitas yang tinggi. Akan tetapi membutuhkan seseorang yang memberikan kesejahteraan, keamanan, dan kemajuan ekonomi bagi bangsanya.

Romo Magnis juga memberikan pandangannya terhadap Jokowi yang mendeklarasikan diri siap menjadi capres, tetapi belum memiliki visi dan misi. Di mata Romo Magnis, pada zaman yang serba canggih dan penuh tantangan ini, visi dan misi menjadi salah satu barometer bagi rakyat.

"Bagaimana dia mau memimpin kalau dia tidak punya visi dan misi. Karena pemimpin yang tidak memiliki visi dan misi tidak akan memadai di tahun 2014," katanya.

Lebih jauh lagi Romo Magnis berpendapat, Jokowi bukanlah seorang politisi yang baik. Sebab, seorang politisi seharusnya dapat memegang teguh janji politiknya saat berkampanye meminta dukungan rakyat supaya menjadikannya seorang pemimpin.

"Kata seorang politisi juga harus bisa dipegang seperti janji dan komitmennya. Tapi jika situasi berubah, maka semua bisa berubah," kata Franz.

Tetapi, dia menggarisbawahi, rakyat pun tidak akan peduli dengan adanya perubahan situasi itu. Yang terpenting dalam pandangan rakyat adalah janji yang diumbar seorang politisi akan selalu dipegang.

"Kesan pada rakyat berbeda. Mereka terlihat seakan-akan mendapatkan kesan menggunakan janji untuk mendapatkan kekuasaan," tandas Franz.

Baca juga:

Ditraktir Makan Jokowi, Warga Lampung Minta `Mentahnya`

Contoh Soekarno, Cawapres Jokowi Disarankan dari Partai Islam

Jokowi Capres, Makna Pitung dan Angka 7

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.